AnggaGumilar
Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan
ABSTRAK
Model pengajaran ekspositori merupakan kegiatan mengajar yang terpusat pada
guru sedangkan model kooperatif STAD merupakan suatu model generik tentang
pengaturan kelas dan bukan model pengajaran komprehensif untuk subjek tertentu.
Dengan kedua model tersebut penulis ingin mengetahui Perbedaan Tingkat Hasil Belajar
Siswa Dengan menggunakan ModelEkspositori Dan Menggunakan Model Kooperatif (STAD).Tujuan
penelitian: 1) Hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi dengan menggunakan
model pembelajaranekspositori. 2) Hasil belajar siswa pada mata pelajaran
ekonomi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif (STAD); 3) Perbedaan
tingkat hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaranekspositori
danmodelpembelajarankooperatif (STAD).
Metode penelitian adalah metode eksperimen. Hasilpenelitian: 1) Rata-rata
nilai yang diperoleh melebihi nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), dikarena
dalam pembelajarannya sudah sesuai indikator pembelajaran. 2) Memperoleh rata-rata
nilai tes yang diperoleh melebihi nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM)
dikarena dalam pembelajarannya sudah sesuai indikator pembelajaran. 3) Tidak
ada perbedaan hasil
belajar siswa menggunakan model pembelajaranekspositori, pada mata pelajaran
Ekonomi. Karena kedua model pembelajaran tersebut tidak jauh berbeda dalam
memberikan gambaran materi kepada siswa sehingga tidak menghasilkan perbedaan dalam
hasil belajar siswa.
Kata Kunci: Model Pembelajaran, Ekspositori,kooperatif STAD,Hasil
Belajar
PENDAHULUAN
Belajar akan
lebih bermakna jika siswa mengalami apa yang dipelajarinya, bukan hanya
mengetahuinya. Pelajaran yang ber-orientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam
kompetensi, mengingat dalam jangka pendek tetapi gagal dalam bekali siswa untuk
memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang. Selama ini ke-giatan belajar
mengajar umumnya hanya menghasilkan produk tanpa mengajarkan prosesnya, mungkin
hal ini disebabkan guru kurang memahami atau kurang persiapan dalam mengajarkan
proses pada siswanya.
Berdasarkan
hasil pengamatan semen-tara
terhadap objek penelitian di MAN Cijantung Ciamis, salah satu permasalahan
dalam proses pembelajaran ekonomi adalah masih mendominasinya metode konven-sional khususnya
metode ceramah sehingga berdampak terhadap hasil belajar siswa yang diperoleh.
Setiap pembelajaran menuntut strategi tertentu yang memiliki hubungan erat
dengan metode dan media pembelajaran. Keberhasilan implementasi strategi pem-belajaran sangat
tergantung pada cara guru menggunakan metode dan media pem-belajaran, hal
ini disebabkan karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat
diimplementasikan melalui penggunaanme-tode dan media pembelajaran berdasarkan
situasi dan kondisi siswa. Sesuai dengan
latar belakang yang telah dipaparkan, maka pe-nulis merumuskan
rumusan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana tingkat hasil belajar siswa pada
mata pelajaran ekonomi dengan
menggunakan modelpembelajaranekspo-sitori melalui metode ceramahdi kelas XI IPS
MAN Cijantung ? 2) Bagaimana tingkat hasil belajar siswa pada mata pelajaran
ekonomi dengan menggunakan model
kooperatif(STAD) melalui metode kelompokdi kelas XI IPS MAN Cijantung? 3) Adakah
perbedaan tingkat hasil belajar siswa
pada mata pelajaran ekonomi dengan meng-gunakan modelpembelajaranekspositori melalui metode
ceramah dan menggunakan model kooperatif (STAD) melalui metode kelompok di
kelas XI IPS MAN Cijantung?
KAJIAN PUSTAKA
Pengembanganmodel-model
pem-belajaran
merupakan suatu keniscayaan yang harus dipersiapkan dan dilakukan oleh guru
dalam kegiatan pembelajaran. Guru merupa-kan ujung tombak keberhasilan kegiatan
pembelajaran di sekolah yang terlibat lang-sung dalam merencanakan dan
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hanafiah dan Suhana (2008: 41) mengemukakan
bahwa:
Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam
rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaftif maupun
generatif.model pem-belajaran sangat erat kaitannnya dengan gaya belajar
peserta didik (learning style) dan
gaya mengajar guru (teaching style),
yang keduanya disingkat menjadi SOLAT (Style
of Learning and Teaching).
Menurut
Rusman (2013:133) menge-mukakan model pembelajaran adalah “suatu rencana atau
pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pem-belajaranjangka
panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pem-belajaran
dikelas atau yang lain”.
Berdasarkan
pengertian di atas, model pembelajaran merupakan titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses pem-belajaran yang merujuk pada pandangan ter-ntang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Di dalamnya mewadahi,
menginspirasi menguatkan dan melatari me-tode pembelajaran dengan rangkaian
teoritis tertentu.
Menurut
Baharudin dan Esa (2007:144) menguraikan bahwa dalam open schools proses pembelajaran memiliki ciri-ciri se-bagai
berikut:
1.
Peran guru dan murid
2.
Evaluasi diagnostik
3.
Materi
4.
Pengajaran individual
5.
Kelompok dengan berbagai tingkat usia
6.
Ruangan terbuka
7.
Team teaching
Berdasarkan
uraian diatas dapat di-jelaskan bahwa:
Peran guru
dan murid, guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk secara
aktif membimbing siswa dalam belajar, dan siswa juga secara aktif memilih
materi, metode-metode, dan langkah-langkah dalam belajar. Evaluasi diagnostik, evaluasi belajar siswa tidak
hanya didasarkan pada tes yang dikerjakan oleh siswa, tapi juga pada pengamatan
terhadap hasil karya dan per-forma siswa dalam belajar. Tujuannya se-bagai
bimbingan pengajaran untuk mem-ber-ikan feedbeck
terhadap kinerja siswa dalam belajar. Pemberian materi yang berbeda digunakan
untuk memberika stimulus bagi siswa agar dapat melakukan eksplorasi dalam
belajar. Pengajaran individual, sistem penga-jaran didasarkan pada
kebutuha-kebutuhan dan kemampuan individual siswa, sementara siswa belajar
sesuai dengan kemampuan mereka sendiri.
Kelompok
dengan berbagai tingkat usia, kelompok yang dibentuk dalam proses belajar
terdiri dari siswa dengan berbagai tingkat usia, atau kelompok dibentuk tidak
didasarkan pada tingkatan tetapi didasarkan pada aktivitas yang akan dilakukan.
Ruangan terbuka, ruangan belajar tidaklah ruangan yang selalu dibatasi oleh tembok dan ber-bagai
perabotan tapi juga ruangan terbuka
diluar kelas. Team teaching, sistem
pengajar-an dapat direncanakan oleh dua atau lebih guru sebagai tim pengajar,
sehingga guru dapat merencanakan pengajaran bersama, berbagai sumber belajar
dan menggabungkan siswa.
Djamarah dan Zain (2002: 70) me-ngemukakan:
Experience is he best teacher, penga-laman adalah guru yang baik.
Penga-laman adalah guru bisu yang tidak pernah marah. Pengalaman adalah gurur
yang tanpa jiwa, namun selalu dicari oleh siapapun juga. Belajar dari penga-laman
adalah lebih baik dari pada sekedar bicara dan tak pernah berbuat sama sekali.
Sedangkan Witherington dan Burton
(dalam Djamarah dan Zain, 2002:7) “ The
proses of learning is doing, reacting, undergoing, experiencing. The products
of teachig are all achieved by the leaner through his own activity”.
Menurut Hanafiah dan Suhana (2012:25)
menyatakan: “pengalaman merupakan guru yang paling baik (experience is the best teacher)”.
Berdasarkan pengertian diatas maka
dapat dijelaskan bahwa pengalaman (ex-perience) adalah suatu proses (guru terbaik) yang memberikan
pemahaman dan men-transportasikan pengetahuan kepada sese-orang.
Menurut Hamalik (dalam Hanafiah dan
Suhan, 2012:25) menyatakan bahwa pe-ngalaman merupakan
integrasi dari tiga unsur yaitu: “1) Kesan-kesan terdahulu (sensory element), 2) Bayangan atau tang-gapan
ter-dahulu yang telah berasosiasi (image), 3) Senang dan tidak senang.”
Berdasarkan uraian diatas dapat disim-pulkan
bahwa jiwa manusia pada dasarnya merupakan kumpulan-kumpulan pengalaman masa
lampau. Pengalaman ini tersimpan di-ruang bawah sadar yang sewaktu-waktu muncul
dalam kesadaran yang menyenang-kan dan tidak menyenangkan. Proses pem-belajaran
akan lebih aktif, kreatif dan efektif dan menyenangkan jika peran guru secara
cerdas dapat menggunakan pengalaman atau bahan ajar dikaitkan dengan bahan ajar
yang lalu atau pengalaman lama yang telah di-miliki
siswa.
Menurut Dimiyati, et all (2009:172) model
ekspositori “merupakan kegiatan me-ngajar yang terpusat pada guru. Guru aktif
memberikan penjelasan atau informasi ter-perinci tentang bahan pengajaran.”
MenurutSanjaya (2008:179) modelekspositoriadalah
“strategipembelajaran yang menekankankepada proses penyam-paianmaterisecara
verbal dari seorang guru kepada siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai
materi pelajaran secara optimal”. Model ekspositorimerupakanmo-del pembelajaran
yang digunakandenganmemberikanketeranganterlebihdahulu de-finisi,
prinsipdankonsepmateripelajaransertamemberikancontoh-contohlatihanpemecahanmasalahdalambentukceramah,
demonstrasi, Tanya jawabdanpenugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh
guru secara cermat. Penggunaan model eks-positorimerupakan model pembelajaran
me-ngarahkepadatersampainyaisipelajaranke-padasiswasecaralangsung. Kegiatan
guru berbicarapada model ekspositorihanyadilakukanpadasaat-saattertentusaja,
sepertipadaawalpembelajaran, menerangkan ma-teri, memberikancontohsoal.
Kegiatansiswatidakhanyamendengarkan, membuatcata-tan, ataumemperhatikansaja,
tetapimenger-jakansoal-soallatihan, mungkindalamke-giataninisiswasalingbertanya.
Mengerjakan soal latihan bersama dengan temannya, dan seorang siswa diminta
mengerjakan di papan tulis. Saatkegiatansiswamengerjakan la-tihan, kegiatan
guru memeriksapekerjaansiswasecara individual danmenjelaskankembalisecara
individual.
Penggunaan model ini siswa
tidakperlumencaridanmenemukansendirifakta-fakta, konsepdanprinsipkarenatelah di-sajikansecarajelasoleh
guru. Kegiatanpem-belajarandenganmenggunakan model eks-positoricenderungberpusatkepada
guru. Guru aktifmemberikanpenjelasanatau in-formasipembelajaransecaraterperinci
ten-tang materipembelajaran. Model
ekspositoriseringdianalogikandenganmetodeceramah,
karenasifatnyasama-samamemberikan in-formasi. Padaumumnya
guru lebihsukamenggunakanmetodeceramahdikombinasi-kandenganmetodetanyajawab.
Metodeceramahbanyakdipilihkarenamudahdilak-sanakandenganpersiapan yang
sederhana, hematwaktudantenaga,
dengansatulangkahlangsungbisamenjangkausemuasiswadandapatdilakukancukup di dalamkelas.
Model
ekspositorimerupakanbentukdaripendekatanpembelajaran yang ber-orientasikepada
guru (teacher
centered approach).
Guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui model ini guru
menyampaikanmateripembelajaransecaraterstrukturdenganharapanmateripelajaran
yang disampaikanitu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokusutama model
iniadalahkemampuanakademiksiswa (academic
achievement student).
MenurutDimyatidanMudjiono (2009:172) mengatakan model
ekspositoriadalah:
Memindahkan pengetahuan, keterampil-an, dan
nilai-nilai kepada siswa. Peranan guru yang penting adalah: 1) Penyusun program
pembelajaran, 2) Pemberian in-formasi yang benar, 3) pemberian fasilitas yang
baik, 4) pembimbing siswa dalam pemerolehan informasi yang benar, dan 5)
penilai prolehan informasi.
Sedangkan peranan siswa adalah pencari informasi yang
benar, pemakai media dan sumber yang benar, menyelesaikan tugas dengan
penilaian guru.
Dari beberapapendapat di atas, bahwa model ekspositori
yang digunakandalampe-nelitianiniadalahmengobinasikanmetodeceramah,
tanyajawabdanpemberiantugas. Pemberiantugasdiberikan guru berupasoal-soal
(pekerjaanrumah) yang dikerjakansecara individual ataukelompok.
Adapunhasilbelajar yang dievaluasiadalahluasdanjumlahpengetahuan, keterampilan,
dannilai yang dikuasaisiswa. Padaumumnyaalatevaluasihasilbelajar yang
digunakanadalahtes yang telahdibakukanatautesbuatan guru.
MenurutSobari (dalamRusman, 2012:201) “teori yang
melandasipembelajarankooperatifadalahteorikonstruktivisme.”
Padadasarnyapendekatanteorikonstruk-tivismedalambelajaradalahpendekatan di
manasiswaharussecara individual mene-mukandanmentransformasikaninformasi yang
kompleks, memeriksainfornasidenganaturan yang adadan merevisinya bila perlu.
MenurutSlavin (dalamRusman, 2012:201) “pembelajarankooperatifmenggalakansiswa
berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok.” Dalam pembelajaran
kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai
jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa
sendiri. Guru
tidakhanyamemberikanpengetahuanpadasiswa, tetapijugaharusmembangunpenge-tahuandalampikiranya.
Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam
menetapkan ide-ide mereka. Menurut Roger (dalam Huda, 2011:29) menyatakanbahwa:
Pembelajaran kooperatif merupakan akti-vitas pembelajaran kelompok yang di-organisir oleh satu prinsip bahwa pem-belajaran harus didasarkan pada perubah-an informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok
pembelajaran yang didalamnya setiap pembelajaran ber-tanggungjawab atas pembelajarannya sen-diri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran
anggota-anggota yang lain.
Kelompokkecildalamkooperatifber-tujuansebagaisuasanapembelajaran,
dimana para siswasalingberinteraksidalamke-lompok-kelompokkeciluntukmengerjakantugasakademik
demi mencapaitujuanber-sama. Sedangkanmenurut Davidson (dalam Huda, 2011:30)
“pembelajarankooperatifmerupakansuatukonsep yang sebenarnyasudah ada sejak dulu
dalam kehidupan sehari-hari, konsepinimemangdikenalsangatpentinguntukmeningkatkankinerjake-lompok,
organisasi, danperkumpulanmanusia”.
Model pembelajarankooperatifadalah model
dengansetingkelompok-kelompokkecildenganmemperhatikankeberagamananggotakelompoksebagaiwadahsiswa
be-kerjasamadanmemecahkansuatumasalahmelaluiinteraksisosialdenganteman se-bayanya,
memberikankesempatanpadapesertadidikuntukmempelajarisesuatu dengan baik pada
waktu bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain.
Jadipembelajarankooperatifmerupakan model pembelajaran yang
mengutamakankerjasamaantarasiswauntukmencapaitujuanpembelajaran.
MenurutArtzdan Newman (dalam Ibid, 2011:32)
mendefinisikanpembelajarankooperatifsebagai “kelompokkecilpem-belajar/siswa
yang bekerjasamadalamsuatutimuntukmengatasisuatumasalah, menye-lesaikansebuahtugas,
ataumencapaisuatutujuanbersama”. Dengandemikian, pem-belajarankooperatifbergantungpadaevek-tifitaskelompok-kelompoksiswatersebut.
Dalampembelajaranini, guru
diharapkanmampumembentukkelompok-kelompokkooperatifdenganberhati-hati agar
semuaanggotanyadapatbekerjasama-samauntukmemaksimalkanpembelajarannyasendiridanpembelajaranteman-temansatukelom-pok.
Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab mempelajari apa yang disajikan
dan membantu teman-teman satu anggota untuk mempelajarinya juga.
JadiPembelajarankooperatifmerupa-kan model
pembelajaran yang mengutama-kankerjasama diantarasiswauntuk men-capaitujuanpembelajaran.
MenurutRusman (2012:207) model pembelajarankooperatifmemilikiciri-cirisebagaiberikut:
“1) pembelajaransecaratim, 2) didasarkanpadamanajemenkooperatif, 3) kemampuanuntukbekerjasama,
4) keterampilanbekerjasama.”
Berdasarkanciri-ciri di ataspem-belajarankooperatifadalahpembelajaran
yang dilakukan secara tim untuk mencapai tujuannya. Oleh karena itu, tim harus
mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Ibid (2012:207)
manajemenkooperatifmempunyaitiga fungsi, yaitu:
a) Fungsi manajemen sebagai perencana-an pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran
kooperatif dilaksanakan se-suai dengan perencanaan,
dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah diten-tukan.
b) Fungsi manajemen sebagai orga-nisasi,
menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang
agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif. c) Fungsi manajemen se-bagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran
kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes
maupun nontes.
Keberhasilanpembelajarankooperatifditentukanolehkeberhasilansecarakelom-pok,
olehkarenanyaprinsipkebersamaanataukerjasamaperluditekankandalampembelajarankooperatif.
Sedangkankemam-puanbekerjasamaitudiperaktikanmelaluiaktivitasdalamkegiatanpembelajaransecara
kelompok. Dalampembelajarankooperatif,
duaataulebihindividusalingtergantungsatusama lain untukmencapaisuatutujuanbersama.
Siswa yakin bahwa tujuan mereka akan tercapai jika dan hanya jika siswa lainnya
juga mencapai tujuan tersebut. Untuk itu setiap anggota berkelompok bertanggung
jawab atas keberhasilan kelompoknya. Siswa yang bekerjadalamsituasipembelajarankooperatifdidoronguntukbekerjasamapadasuatutugasbersamadanmerekaharusmengkoordinasikanusahanyauntukmenye-lesaikantugasnya.
Menurut Ibrahim (Ibid, 2012:208)
pembelajarankooperatifadalah “suatuakti-vitas pembelajaran yang menggunakan
pola belajar siswa berkelompok untuk menjalin kerja sama dan saling
ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan, dan hadiah”. Pembe-lajarankooperatifdicirikanoleh
struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif. Siswa yang
berkerjadalamsituasipembe-lajarankooperatifdidorongataudikehendakiuntukbekerjasamapadasuatutugasbersamadanmerekaharusmengoordinasikanusaha-nyauntukmenyelesaikantugasnya.
Menurut Ibid (2012:213) adabeberapajenis model
dalampembelajarankooperatif,
walaupunprinsipdasardaripembelajarankooperatifinitidakberubah, jenis-jenis
model tersebut, adalah: “1) model student
teamsachivement division (STAD), 2) model jigsaw, 3) investigasikelompok,
4) model make a match
(membuatpasangan), 5) model teams games
tournaments (TGT), 6) model struktural.”
METODE
Metode yang
digunakan dalam pe-nelitian
ini adalah metode eksperimen. Menurut Sugiono (2012:72) metode eks-perimen dapat
diartikan “sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh
perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali.” Pelak-sanaansuatu
penelitian tidak lepas dari objek penelitian yang merupakan variabel yang
diperlukan untuk memecahkan masalah atau menunjang keberhasilan penelitian.
Menurut Sugiyono (2012:80) populasi adalah “wilayah generalisasi yang
terdiri atas: objek/subjek yang mempynyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan”. Dan sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut.” Sedangkan yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah Kelas XI IPS MAN Cijantungse-banyak 32 siswa,
yang terdiri dari kelas XI IPS 1 sebanyak 15 siswa, dan kelas XI IPS 2 sebanyak
17 siswa. Dari 32 siswa yang ada di kelas XI IPS dijadikan populasi sekaligus
menjadi sampel total.
Teknik analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Mengukur hasil belajar siswa pada mata pelajaran
ekonomi dengan menggunakan model pembelajaranekspositori melalui metode ceramah
dengan melakukan tes, sehingga hasil yang didapat dari hasil tes dijadikan
tolak ukur dari hasil belajar siswa.
2. Mengukur hasil belajar siswa pada mata pelajaran
ekonomi dengan menggunakan model pembelajarankoopertif (STAD) melalui metode
kelompok dengan mela-kukan tes,
sehingga hasil yang didapat dari hasil tes dijadikan tolak ukur dari hasil
belajar siswa.
3. Uji homogenitas, dilakukan untuk menge-tahui bahwa varian (kuadrat dari simpang baku) kedua
sampel tersebut apakah homogen atau tidak homogen.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan
hasil perhitungan, koe-fisien
determinasi menunjukkan presentase sama, ini berarti penggunaan model pem-belajaranekspositori
melalui metode cera-mah dan
model pembelajaran kooperatif (STAD) melalui metode kelompok tidak berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa, karena kedua model pembelajaran tersebut tidak
jauh berbeda dalam memberikan materi atau memberikan gambaran materi kepada
siswa sehingga dalam hasil pembelajarannya pun tidak jauh berbeda. Sedangkan persen-tase yang tinggi
diberikan faktor lain yang tidak diteliti. Hal ini dibuktikan dengan uji
hipotesis bahwa F hitung lebih kecil daripada F tabel ini berarti H0 diterima dan Ha ditolak. Jadi hipotesis
yang diajukan ditolak, yaitu “tidak ada perbedaan hasil belajar siswa yang
menggunakan model pembelajaranekspo-sitori dan menggunakan model pembelajaran kooperatif
(STAD) di kelas XI IPS MAN Cijantung Ciamis.”
Mata pelajaran
yang diteliti adalah pelajaran ekonomi. Hasil belajar pada mata pelajaran
ekonomi diperoleh dari hasil tehnik pengumpulan data yang berupa dokumen yaitu
nilai tes. Hasil belajar Siswa di MAN Cijantung Ciamis dinyatakan dalam bentuk
angka antara 0-100. Diketahui hasil belajar yang diperoleh siswa yang
menggunakan model pembelajaranekspositori melalui metode ceramah pada mata
pelajaran ekonomi kelas XI IPS MAN Cijantungmemperoleh rata-rata nilai tes
adalah sebesar 83,17647. Nilai tersebut kompeten dan telah mencapai nilai Kriteria
Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 75,00. Adapun kalau ada nilai siswa yang
kurang dari nilai KKM diupayakan di atas nilai KKM maka di-lakukan remedial
atau pengayaan. Sedangkan hasil belajar yang diperoleh siswa yang menggunakan
model pembelajarankoope-ratif
(STAD) melalui metode kelompok pada mata pelajaran ekonomi kelas XI IPS MAN
Cijantung memperoleh rata-rata nilai tes adalah sebesar 82. Nilai tersebut
kompeten dan telah mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar
75,00. Adapun kalau ada nilai siswa yang kurang dari nilai KKM diupayakan di
atas nilai KKM maka dilakukan remedial atau pengayaan.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.
Hasil belajar siswa pada mata pelajaran
ekonomi dengan menggunakan model pembelajaranekspositori melalui me-tode ceramahdi
kelasXI IPS MAN Cijantung, rata-rata nilai yang diperoleh melebihi nilai Kriteria
Ketuntasan Mini-mum
(KKM), dikarena dalam pem-belajarannya
sudah sesuai indikator pembelajaran.
2.
Hasil belajar siswa pada mata pelajaran
ekonomi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif(STAD) me-lalui metode
kelompok di kelasXI IPS MAN Cijantung, memperoleh rata-rata nilai tes
yang diperoleh melebihi nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dikarena dalam pembelajarannya
sudah sesuai indikator pembelajaran.
3.
Tidak ada perbedaan hasil
belajar siswa menggunakan model pembelajaran eks-positori melalui metode ceramah dan model pembelajaran
kooperatif (STAD) melalui metode kelompok, pada mata pelajaran Ekonomi di kelas
XI IPS MAN Cijantung Ciamis. Karena kedua model pembelajaran tersebut tidak
jauh berbeda dalam memberikan gambaran materi kepada siswa sehingga tidak
menghasilkan perbedaan dalam hasil belajar siswa
DAFTAR
RUJUKAN
Baharuddin&Wahyuni Esa Nur. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Dimyati& Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah Syaiful Bahri &ZainAswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Fathurrohman Pupuh &Sutikno M S. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: RefikaAditama.
Hanafiah&Suhana Cucu. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: RefikaAditama.
HudaMiftahul. 2012. Cooperativelearning:
metode, teknik, struktur dan model terapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jamarah,B.S. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta.
Kurdi Syuaeb& Aziz Abdul.2006. Model Pembelajaran Efektif Pendidikan Agama Islam di SD dan MI.
Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Ngalimun, 2012. Strategi
dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: AswajaPressindo.
Rusman. 2012. Model-model
Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sanjaya Wina. Kurikulum
Dan Pembelajaran: Teori Dan PraktikPengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan(KTSP). Jakarta: Prenada Media Group.
Slavin, Robert E. 2009. Cooperativelearning: teori, riset dan praktik. Bandung: Penerbit Nusa Media.
Sudjana Nana. 2002. Dasar-dasar
Proses Belajar Mengajar. Bandung: sinsr Baru Algensindo.
Sugiyono. 2012. Metode
Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata Nana Syaodih. 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Surya Mohamad. 2004. Psikologi
pembelajaran dan pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Qurais.
Syah Muhibbin. 2010. Psikologi
Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja RosdakaryaOffset.
-------, 2008. Psikologi
Belajar. Jakarta: RajagrafindoPersa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar