Sabtu, 03 Agustus 2013


PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN  EKSPOSITORI DAN MODEL PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN  EKSPOSITORI DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA


AnggaGumilar
Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


ABSTRAK
Model pengajaran ekspositori merupakan kegiatan mengajar yang terpusat pada guru sedangkan model kooperatif STAD merupakan suatu model generik tentang pengaturan kelas dan bukan model pengajaran komprehensif untuk subjek tertentu. Dengan kedua model tersebut penulis ingin mengetahui Perbedaan Tingkat Hasil Belajar Siswa Dengan menggunakan ModelEkspositori Dan Menggunakan Model Kooperatif (STAD).Tujuan penelitian: 1) Hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi dengan menggunakan model pembelajaranekspositori. 2) Hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif (STAD); 3) Perbedaan tingkat hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaranekspositori danmodelpembelajarankooperatif  (STAD). Metode penelitian adalah metode eksperimen. Hasilpenelitian: 1) Rata-rata nilai yang diperoleh melebihi nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), dikarena dalam pembelajarannya sudah sesuai indikator pembelajaran. 2) Memperoleh rata-rata nilai tes yang diperoleh melebihi nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dikarena dalam pembelajarannya sudah sesuai indikator pembelajaran. 3) Tidak ada perbedaan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaranekspositori, pada mata pelajaran Ekonomi. Karena kedua model pembelajaran tersebut tidak jauh berbeda dalam memberikan gambaran materi kepada siswa sehingga tidak menghasilkan perbedaan dalam hasil belajar siswa.

Kata Kunci: Model Pembelajaran, Ekspositori,kooperatif STAD,Hasil Belajar



PENDAHULUAN
Belajar akan lebih bermakna jika siswa mengalami apa yang dipelajarinya, bukan hanya mengetahuinya. Pelajaran yang ber-orientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi, mengingat dalam jangka pendek tetapi gagal dalam bekali siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupan jangka panjang. Selama ini ke-giatan belajar mengajar umumnya hanya menghasilkan produk tanpa mengajarkan prosesnya, mungkin hal ini disebabkan guru kurang memahami atau kurang persiapan dalam mengajarkan proses pada siswanya.
Berdasarkan hasil pengamatan semen-tara terhadap objek penelitian di MAN Cijantung Ciamis, salah satu permasalahan dalam proses pembelajaran ekonomi adalah masih mendominasinya metode konven-sional khususnya metode ceramah sehingga berdampak terhadap hasil belajar siswa yang diperoleh. Setiap pembelajaran menuntut strategi tertentu yang memiliki hubungan erat dengan metode dan media pembelajaran. Keberhasilan implementasi strategi pem-belajaran sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode dan media pem-belajaran, hal ini disebabkan karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui penggunaanme-tode dan media pembelajaran berdasarkan situasi dan kondisi siswa. Sesuai dengan  latar belakang yang telah dipaparkan, maka pe-nulis merumuskan rumusan masalah sebagai berikut: 1) Bagaimana tingkat hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi  dengan menggunakan modelpembelajaranekspo-sitori melalui metode ceramahdi kelas XI IPS MAN Cijantung ? 2) Bagaimana tingkat hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi  dengan menggunakan model kooperatif(STAD) melalui metode kelompokdi kelas XI IPS MAN Cijantung? 3) Adakah perbedaan tingkat  hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi dengan meng-gunakan modelpembelajaranekspositori melalui metode ceramah dan menggunakan model kooperatif (STAD) melalui metode kelompok di kelas XI IPS MAN Cijantung?

KAJIAN PUSTAKA
Pengembanganmodel-model pem-belajaran merupakan suatu keniscayaan yang harus dipersiapkan dan dilakukan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Guru merupa-kan ujung tombak keberhasilan kegiatan pembelajaran di sekolah yang terlibat lang-sung dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hanafiah dan Suhana (2008: 41) mengemukakan bahwa:    
Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaftif maupun generatif.model pem-belajaran sangat erat kaitannnya dengan gaya belajar peserta didik (learning style) dan gaya mengajar guru (teaching style), yang keduanya disingkat menjadi SOLAT (Style of Learning and Teaching).

Menurut Rusman (2013:133) menge-mukakan model pembelajaran adalah “suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pem-belajaranjangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pem-belajaran dikelas atau yang lain”.
Berdasarkan pengertian di atas, model pembelajaran merupakan titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pem-belajaran yang merujuk pada pandangan ter-ntang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum. Di dalamnya mewadahi, menginspirasi menguatkan dan melatari me-tode pembelajaran dengan rangkaian teoritis tertentu.
Menurut Baharudin dan Esa (2007:144) menguraikan bahwa dalam open schools proses pembelajaran memiliki ciri-ciri se-bagai berikut:
1.    Peran guru dan murid
2.    Evaluasi diagnostik
3.    Materi
4.    Pengajaran individual
5.    Kelompok dengan berbagai tingkat usia
6.    Ruangan terbuka
7.    Team teaching

Berdasarkan uraian diatas dapat di-jelaskan bahwa:
Peran guru dan murid, guru berperan sebagai fasilitator yang membantu siswa untuk secara aktif membimbing siswa dalam belajar, dan siswa juga secara aktif memilih materi, metode-metode, dan langkah-langkah dalam belajar. Evaluasi diagnostik, evaluasi belajar siswa tidak hanya didasarkan pada tes yang dikerjakan oleh siswa, tapi juga pada pengamatan terhadap hasil karya dan per-forma siswa dalam belajar. Tujuannya se-bagai bimbingan pengajaran untuk mem-ber-ikan feedbeck terhadap kinerja siswa dalam belajar. Pemberian materi yang berbeda digunakan untuk memberika stimulus bagi siswa agar dapat melakukan eksplorasi dalam belajar. Pengajaran individual, sistem penga-jaran didasarkan pada kebutuha-kebutuhan dan kemampuan individual siswa, sementara siswa belajar sesuai dengan kemampuan mereka sendiri.
Kelompok dengan berbagai tingkat usia, kelompok yang dibentuk dalam proses belajar terdiri dari siswa dengan berbagai tingkat usia, atau kelompok dibentuk tidak didasarkan pada tingkatan tetapi didasarkan pada aktivitas yang akan dilakukan. Ruangan terbuka, ruangan belajar tidaklah ruangan  yang selalu dibatasi oleh tembok dan ber-bagai perabotan  tapi juga ruangan terbuka diluar kelas. Team teaching, sistem pengajar-an dapat direncanakan oleh dua atau lebih guru sebagai tim pengajar, sehingga guru dapat merencanakan pengajaran bersama, berbagai sumber belajar dan menggabungkan siswa.
Djamarah dan Zain (2002: 70) me-ngemukakan:
Experience is he best teacher, penga-laman adalah guru yang baik. Penga-laman adalah guru bisu yang tidak pernah marah. Pengalaman adalah gurur yang tanpa jiwa, namun selalu dicari oleh siapapun juga. Belajar dari penga-laman adalah lebih baik dari pada sekedar bicara dan tak pernah berbuat sama sekali.

Sedangkan Witherington dan Burton (dalam Djamarah dan Zain, 2002:7) “ The proses of learning is doing, reacting, undergoing, experiencing. The products of teachig are all achieved by the leaner through his own activity”.
Menurut Hanafiah dan Suhana (2012:25) menyatakan: “pengalaman merupakan guru yang paling baik (experience is the best teacher)”.
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat dijelaskan bahwa pengalaman (ex-perience) adalah suatu  proses (guru terbaik) yang memberikan pemahaman dan men-transportasikan pengetahuan kepada sese-orang.
Menurut Hamalik (dalam Hanafiah dan Suhan, 2012:25) menyatakan bahwa pe-ngalaman merupakan integrasi dari tiga unsur yaitu: “1) Kesan-kesan terdahulu (sensory element), 2) Bayangan atau tang-gapan ter-dahulu yang telah berasosiasi (image), 3) Senang dan tidak senang.”
Berdasarkan uraian diatas dapat disim-pulkan bahwa jiwa manusia pada dasarnya merupakan kumpulan-kumpulan pengalaman masa lampau. Pengalaman ini tersimpan di-ruang bawah sadar yang sewaktu-waktu muncul dalam kesadaran yang menyenang-kan dan tidak menyenangkan. Proses pem-belajaran akan lebih aktif, kreatif dan efektif dan menyenangkan jika peran guru secara cerdas dapat menggunakan pengalaman atau bahan ajar dikaitkan dengan bahan ajar yang lalu atau pengalaman lama yang telah di-miliki siswa. 
Menurut Dimiyati, et all (2009:172) model ekspositori “merupakan kegiatan me-ngajar yang terpusat pada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi ter-perinci tentang bahan pengajaran.”
MenurutSanjaya (2008:179) modelekspositoriadalah “strategipembelajaran yang menekankankepada proses penyam-paianmaterisecara verbal dari seorang guru kepada siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal”. Model ekspositorimerupakanmo-del pembelajaran yang digunakandenganmemberikanketeranganterlebihdahulu de-finisi, prinsipdankonsepmateripelajaransertamemberikancontoh-contohlatihanpemecahanmasalahdalambentukceramah, demonstrasi, Tanya jawabdanpenugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan model eks-positorimerupakan model pembelajaran me-ngarahkepadatersampainyaisipelajaranke-padasiswasecaralangsung. Kegiatan guru berbicarapada model ekspositorihanyadilakukanpadasaat-saattertentusaja, sepertipadaawalpembelajaran, menerangkan ma-teri, memberikancontohsoal. Kegiatansiswatidakhanyamendengarkan, membuatcata-tan, ataumemperhatikansaja, tetapimenger-jakansoal-soallatihan, mungkindalamke-giataninisiswasalingbertanya. Mengerjakan soal latihan bersama dengan temannya, dan seorang siswa diminta mengerjakan di papan tulis. Saatkegiatansiswamengerjakan la-tihan, kegiatan guru memeriksapekerjaansiswasecara individual danmenjelaskankembalisecara individual.
Penggunaan model ini siswa tidakperlumencaridanmenemukansendirifakta-fakta, konsepdanprinsipkarenatelah di-sajikansecarajelasoleh guru. Kegiatanpem-belajarandenganmenggunakan model eks-positoricenderungberpusatkepada guru. Guru aktifmemberikanpenjelasanatau in-formasipembelajaransecaraterperinci ten-tang materipembelajaran. Model ekspositoriseringdianalogikandenganmetodeceramah, karenasifatnyasama-samamemberikan in-formasi. Padaumumnya guru lebihsukamenggunakanmetodeceramahdikombinasi-kandenganmetodetanyajawab. Metodeceramahbanyakdipilihkarenamudahdilak-sanakandenganpersiapan yang sederhana, hematwaktudantenaga, dengansatulangkahlangsungbisamenjangkausemuasiswadandapatdilakukancukup di dalamkelas. 
Model ekspositorimerupakanbentukdaripendekatanpembelajaran yang ber-orientasikepada guru (teacher centered approach). Guru memegang peran yang sangat dominan. Melalui model ini guru menyampaikanmateripembelajaransecaraterstrukturdenganharapanmateripelajaran yang disampaikanitu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokusutama model iniadalahkemampuanakademiksiswa (academic achievement student).
MenurutDimyatidanMudjiono (2009:172) mengatakan model ekspositoriadalah:
Memindahkan pengetahuan, keterampil-an, dan nilai-nilai kepada siswa. Peranan guru yang penting adalah: 1) Penyusun program pembelajaran, 2) Pemberian in-formasi yang benar, 3) pemberian fasilitas yang baik, 4) pembimbing siswa dalam pemerolehan informasi yang benar, dan 5) penilai prolehan informasi.
Sedangkan peranan siswa adalah pencari informasi yang benar, pemakai media dan sumber yang benar, menyelesaikan tugas dengan penilaian guru.

 

Dari beberapapendapat di atas, bahwa model ekspositori yang digunakandalampe-nelitianiniadalahmengobinasikanmetodeceramah, tanyajawabdanpemberiantugas. Pemberiantugasdiberikan guru berupasoal-soal (pekerjaanrumah) yang dikerjakansecara individual ataukelompok. Adapunhasilbelajar yang dievaluasiadalahluasdanjumlahpengetahuan, keterampilan, dannilai yang dikuasaisiswa. Padaumumnyaalatevaluasihasilbelajar yang digunakanadalahtes yang telahdibakukanatautesbuatan guru.
MenurutSobari (dalamRusman, 2012:201) “teori yang melandasipembelajarankooperatifadalahteorikonstruktivisme.” Padadasarnyapendekatanteorikonstruk-tivismedalambelajaradalahpendekatan di manasiswaharussecara individual mene-mukandanmentransformasikaninformasi yang kompleks, memeriksainfornasidenganaturan yang adadan merevisinya bila perlu. MenurutSlavin (dalamRusman, 2012:201) “pembelajarankooperatifmenggalakansiswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok.” Dalam pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri.  Guru tidakhanyamemberikanpengetahuanpadasiswa, tetapijugaharusmembangunpenge-tahuandalampikiranya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menetapkan ide-ide mereka. Menurut Roger (dalam Huda, 2011:29) menyatakanbahwa:
Pembelajaran kooperatif merupakan akti-vitas pembelajaran kelompok yang di-organisir oleh satu prinsip bahwa pem-belajaran harus didasarkan pada perubah-an informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok pembelajaran yang didalamnya setiap pembelajaran ber-tanggungjawab atas pembelajarannya sen-diri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.

Kelompokkecildalamkooperatifber-tujuansebagaisuasanapembelajaran, dimana para siswasalingberinteraksidalamke-lompok-kelompokkeciluntukmengerjakantugasakademik demi mencapaitujuanber-sama. Sedangkanmenurut Davidson (dalam Huda, 2011:30) “pembelajarankooperatifmerupakansuatukonsep yang sebenarnyasudah ada sejak dulu dalam kehidupan sehari-hari, konsepinimemangdikenalsangatpentinguntukmeningkatkankinerjake-lompok, organisasi, danperkumpulanmanusia”.
Model pembelajarankooperatifadalah model dengansetingkelompok-kelompokkecildenganmemperhatikankeberagamananggotakelompoksebagaiwadahsiswa be-kerjasamadanmemecahkansuatumasalahmelaluiinteraksisosialdenganteman se-bayanya, memberikankesempatanpadapesertadidikuntukmempelajarisesuatu dengan baik pada waktu bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadipembelajarankooperatifmerupakan model pembelajaran yang mengutamakankerjasamaantarasiswauntukmencapaitujuanpembelajaran.
MenurutArtzdan Newman (dalam Ibid, 2011:32) mendefinisikanpembelajarankooperatifsebagai “kelompokkecilpem-belajar/siswa yang bekerjasamadalamsuatutimuntukmengatasisuatumasalah, menye-lesaikansebuahtugas, ataumencapaisuatutujuanbersama”. Dengandemikian, pem-belajarankooperatifbergantungpadaevek-tifitaskelompok-kelompoksiswatersebut. Dalampembelajaranini, guru diharapkanmampumembentukkelompok-kelompokkooperatifdenganberhati-hati agar semuaanggotanyadapatbekerjasama-samauntukmemaksimalkanpembelajarannyasendiridanpembelajaranteman-temansatukelom-pok. Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab mempelajari apa yang disajikan dan membantu teman-teman satu anggota untuk mempelajarinya juga.
JadiPembelajarankooperatifmerupa-kan model pembelajaran yang mengutama-kankerjasama diantarasiswauntuk men-capaitujuanpembelajaran. MenurutRusman (2012:207) model pembelajarankooperatifmemilikiciri-cirisebagaiberikut: “1) pembelajaransecaratim, 2) didasarkanpadamanajemenkooperatif, 3) kemampuanuntukbekerjasama, 4) keterampilanbekerjasama.”
Berdasarkanciri-ciri di ataspem-belajarankooperatifadalahpembelajaran yang dilakukan secara tim untuk mencapai tujuannya. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Ibid (2012:207) manajemenkooperatifmempunyaitiga fungsi, yaitu:
a) Fungsi manajemen sebagai perencana-an pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan se-suai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah diten-tukan. b) Fungsi manajemen sebagai orga-nisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif. c) Fungsi manajemen se-bagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun nontes.

Keberhasilanpembelajarankooperatifditentukanolehkeberhasilansecarakelom-pok, olehkarenanyaprinsipkebersamaanataukerjasamaperluditekankandalampembelajarankooperatif. Sedangkankemam-puanbekerjasamaitudiperaktikanmelaluiaktivitasdalamkegiatanpembelajaransecara kelompok. Dalampembelajarankooperatif, duaataulebihindividusalingtergantungsatusama lain untukmencapaisuatutujuanbersama. Siswa yakin bahwa tujuan mereka akan tercapai jika dan hanya jika siswa lainnya juga mencapai tujuan tersebut. Untuk itu setiap anggota berkelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya. Siswa yang bekerjadalamsituasipembelajarankooperatifdidoronguntukbekerjasamapadasuatutugasbersamadanmerekaharusmengkoordinasikanusahanyauntukmenye-lesaikantugasnya.
Menurut Ibrahim (Ibid, 2012:208) pembelajarankooperatifadalah “suatuakti-vitas pembelajaran yang menggunakan pola belajar siswa berkelompok untuk menjalin kerja sama dan saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan, dan hadiah”. Pembe-lajarankooperatifdicirikanoleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif. Siswa yang berkerjadalamsituasipembe-lajarankooperatifdidorongataudikehendakiuntukbekerjasamapadasuatutugasbersamadanmerekaharusmengoordinasikanusaha-nyauntukmenyelesaikantugasnya.
Menurut Ibid (2012:213) adabeberapajenis model dalampembelajarankooperatif, walaupunprinsipdasardaripembelajarankooperatifinitidakberubah, jenis-jenis model tersebut, adalah: “1) model student teamsachivement division (STAD), 2) model jigsaw, 3) investigasikelompok, 4) model make a match (membuatpasangan), 5) model teams games tournaments (TGT), 6) model struktural.”

METODE
Metode yang digunakan dalam pe-nelitian ini adalah metode eksperimen. Menurut Sugiono (2012:72) metode eks-perimen dapat diartikan “sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali.” Pelak-sanaansuatu penelitian tidak lepas dari objek penelitian yang merupakan variabel yang diperlukan untuk memecahkan masalah atau menunjang keberhasilan penelitian.
Menurut Sugiyono (2012:80) populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempynyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Dan sampel adalah “bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Sedangkan yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Kelas XI IPS MAN Cijantungse-banyak 32 siswa, yang terdiri dari kelas XI IPS 1 sebanyak 15 siswa, dan kelas XI IPS 2 sebanyak 17 siswa. Dari 32 siswa yang ada di kelas XI IPS dijadikan populasi sekaligus menjadi sampel total.
Teknik analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.    Mengukur hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi dengan menggunakan model pembelajaranekspositori melalui metode ceramah dengan melakukan tes, sehingga hasil yang didapat dari hasil tes dijadikan tolak ukur dari hasil belajar siswa.
2.    Mengukur hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi dengan menggunakan model pembelajarankoopertif (STAD) melalui metode kelompok dengan mela-kukan tes, sehingga hasil yang didapat dari hasil tes dijadikan tolak ukur dari hasil belajar siswa.
3.    Uji homogenitas, dilakukan untuk menge-tahui bahwa varian (kuadrat dari simpang baku) kedua sampel tersebut apakah homogen atau tidak homogen.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan, koe-fisien determinasi menunjukkan presentase sama, ini berarti penggunaan model pem-belajaranekspositori melalui metode cera-mah dan model pembelajaran kooperatif (STAD) melalui metode kelompok tidak berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, karena kedua model pembelajaran tersebut tidak jauh berbeda dalam memberikan materi atau memberikan gambaran materi kepada siswa sehingga dalam hasil pembelajarannya pun tidak jauh berbeda. Sedangkan persen-tase yang tinggi diberikan faktor lain yang tidak diteliti. Hal ini dibuktikan dengan uji hipotesis bahwa F hitung lebih kecil daripada  F tabel ini berarti H0  diterima dan Ha ditolak. Jadi hipotesis yang diajukan ditolak, yaitu “tidak ada perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaranekspo-sitori dan menggunakan model pembelajaran kooperatif (STAD) di kelas XI IPS MAN Cijantung Ciamis.”
Mata pelajaran yang diteliti adalah pelajaran ekonomi. Hasil belajar pada mata pelajaran ekonomi diperoleh dari hasil tehnik pengumpulan data yang berupa dokumen yaitu nilai tes. Hasil belajar Siswa di MAN Cijantung Ciamis dinyatakan dalam bentuk angka antara 0-100. Diketahui hasil belajar yang diperoleh siswa yang menggunakan model pembelajaranekspositori melalui metode ceramah pada mata pelajaran ekonomi kelas XI IPS MAN Cijantungmemperoleh rata-rata nilai tes adalah sebesar 83,17647. Nilai tersebut kompeten dan telah mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 75,00. Adapun kalau ada nilai siswa yang kurang dari nilai KKM diupayakan di atas nilai KKM maka di-lakukan remedial atau pengayaan. Sedangkan hasil belajar yang diperoleh siswa yang menggunakan model pembelajarankoope-ratif (STAD) melalui metode kelompok pada mata pelajaran ekonomi kelas XI IPS MAN Cijantung memperoleh rata-rata nilai tes adalah sebesar 82. Nilai tersebut kompeten dan telah mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) sebesar 75,00. Adapun kalau ada nilai siswa yang kurang dari nilai KKM diupayakan di atas nilai KKM maka dilakukan remedial atau pengayaan.

SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1.        Hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi dengan menggunakan model pembelajaranekspositori melalui me-tode ceramahdi kelasXI IPS MAN Cijantung, rata-rata nilai yang diperoleh melebihi nilai Kriteria Ketuntasan Mini-mum (KKM), dikarena dalam pem-belajarannya sudah sesuai indikator pembelajaran.
2.        Hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif(STAD) me-lalui metode kelompok di kelasXI IPS MAN Cijantung, memperoleh rata-rata nilai tes yang diperoleh melebihi nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dikarena dalam pembelajarannya sudah sesuai indikator pembelajaran.
3.        Tidak ada perbedaan hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran eks-positori melalui metode ceramah dan model pembelajaran kooperatif (STAD) melalui metode kelompok, pada mata pelajaran Ekonomi di kelas XI IPS MAN Cijantung Ciamis. Karena kedua model pembelajaran tersebut tidak jauh berbeda dalam memberikan gambaran materi kepada siswa sehingga tidak menghasilkan perbedaan dalam hasil belajar siswa





DAFTAR RUJUKAN
Baharuddin&Wahyuni Esa Nur. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Dimyati& Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Djamarah Syaiful Bahri &ZainAswan. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Fathurrohman Pupuh &Sutikno M S. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: RefikaAditama.
Hanafiah&Suhana Cucu. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: RefikaAditama.
HudaMiftahul. 2012. Cooperativelearning: metode, teknik, struktur dan model terapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jamarah,B.S. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Kurdi Syuaeb& Aziz Abdul.2006. Model Pembelajaran Efektif Pendidikan Agama Islam di SD dan MI. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Ngalimun, 2012. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: AswajaPressindo.
Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sanjaya Wina. Kurikulum Dan Pembelajaran: Teori Dan PraktikPengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP). Jakarta: Prenada Media Group.
Slavin, Robert E. 2009. Cooperativelearning: teori, riset dan praktik. Bandung:  Penerbit Nusa Media.
Sudjana Nana. 2002. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: sinsr Baru Algensindo.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.Bandung:  Alfabeta.

Sukmadinata Nana Syaodih. 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Surya Mohamad. 2004. Psikologi pembelajaran dan pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Qurais.
Syah Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja RosdakaryaOffset.
-------, 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: RajagrafindoPersa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar