MATERI KULIAH MANAJEMEN OPERASI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manajemen operasi
merupakan salah satu mata kuliah dari empat kompetensi utama yang harus dicapai dalam menyelesaikan program
studi Strata 1 Manajemen. Empat kompetensi utama antara lain manajemen
pemasaran, manajemen keuangan, dan manajemen sumber daya manusia. Mata kuliah manajemen operasi diperuntukkan
bagi mahasiswa jurusan ekonomi baik fakultas murni maupun keguruan di
Indonesia. Nilai bobot mata kuliah ini adalah 2 (dua) Satuan Kredit Semester.
Dalam mencapai bobot
Satuan Kredit Semester yang telah ditentukan yakni 2 (dua) SKS tersebut, setiap
mahasiswa harus mampu memahami topik-topik penting yang dibicarakan dalam
manajemen operasi. Topik tersebut antara lain mengenai introduksi manajemen
operasi, desain produk, desain proses dan layout, strategi lokasi dan
kapasitas, strategi kualitas, manajemen persediaan, model just in time,
penjadwalan jangka pendek, dan penjadwalan proyek. Untuk mampu memahami topik tersebut,
maka setiap mahasiswa membuat sebuah ringkasan materi kuliah dari setiap topik
dalam manajemen operasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas, maka dirumuskan beberapa masalah :
1. Apa
yang dimaksud dengan manajemen operasi bagi suatu organisasi?
2. Mengapa
manajemen operasi diperlukan untuk menunjang operasi suatu organisasi?
3. Bagaimana
implementasi manajemen operasi dalam suatu organisasi, khususnya bisnis?
4. Siapa
saja yang dapat mengimplementasikan manajemen operasi, agar tujuan operasi
perusahaan dapat berjalan secara optimum?
C. Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan penulisan ringkasan materi kuliah adalah sebagai berikut :
1. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan manajemen operasi bagi suatu organisasi.
2. Untuk
mengetahui mengapa manajemen operasi diperlukan untuk menunjang operasi suatu
organisasi.
3. Untuk
mengetahui bagaimana implementasi manajemen operasi dalam suatu organisasi,
khususnya bisnis.
4. Untuk
mengetahui siapa saja yang dapat mengimplementasikan manajemen operasi, agar
tujuan operasi perusahaan dapat berjalan secara optimum.
PEMBAHASAN
A. Introduksi Manajemen Operasi
Introduksi
manajemen operasi merupakan sebuah pengenalan terkait dengan manajemen operasi.
Di samping pengenalan, produksi dan produktivitas, jenis operasional bisnis,
dan strategi operasi juga perlu diketahui dengan benar.
1. Pengertian Manajemen Operasi
Manajemen
operasi adalah satu set aktivitas untuk memperoleh nilai tambah produk melalui
transformasi input menjadi output. Input dapat berupa :
a. Material
dikelompokan menjadi dua macam yakni :
(1) Material
pokok disebut bahan baku yaitu komponen utama yang akan menjadi produk yang
dihasilkan dalam proses konversi. Contoh: tekstil untuk perusahaan garmen, kayu
untuk perusahaan mebel, kertas untuk perusahaan percetakan.
(2) Material
pembantu atau bahan penolong adalah bahan untuk membuat output
benar-benar menjadi produk akhir yang utuh. Contoh: cat untuk meja, kancing
untuk baju.
b. Karyawan dikategorikan menjadi empat yakni :
(1) Ahli
dan terlatih; seorang yang menguasai konsep tertentu dianggap ahli, sedangkan
terlatih apabila sudah berkali-kali melakukan pekerjaan yang sama.
(2) Ahli
tetapi tidak terlatih; seorang yang memiliki sertifikasi tinggi di bidangnya
dapat dikatakan sudah ahli. Namun karena belum berpengalaman terhadap suatu bidang
maka dikatakan tidak terlatih.
(3) Tidak
ahli tetapi terlatih; seorang yang tidak ahli dalam bidang tertentu namun sudah
berpengalaman karena sering melakukan pekerjaan tersebut berkali-kali.
(4) Tidak
ahli dan tidak terlatih; seorang yang tidak ahli dan tidak terlatih maka tidak
diperlukan dalam proses konversi karena akan sulit untuk dimintai menyelesaikan
sesuatu baik individu maupun kerja tim.
c. Peralatan
juga diperlukan dalam proses konversi. Berhubungan dengan peralatan, teknologi
berperan besar dalam proses konversi dan produk yang dihasilkan.
Sedangkan
output berupa produk. Produk adalah hasil dari proses konversi berupa
barang dan jasa. Hasil konversi diharapkan menghasilkan nilai tambah dan dapat
memberikan kepuasan kepada para pelanggan.
2. Jenis Operasional Bisnis
Ditinjau
dari sisi operasional, bisnis dikelompokan menjadi bisnis manufaktur yang
menghasilkan barang dan bisnis non manufaktur yang menghasilkan jasa. Ada juga bisnis
gabungan manufaktur dengan non manufaktur yakni bisnis disamping menghasilkan
barang juga menghasilkan jasa.
Bisnis
manufaktur dikelompokkan menjadi tiga macam yakni perusahaan penghasil produk
dalam satuan unit, penghasil produk dalam kelompok unit, dan perusahaan
penghasil produk secara massal. Sedangkan bisnis non manufaktur dikelompokkan dua
macam yaitu perusahaan non manufaktur terkait barang dan perusahaan non
manufaktur tidak terkait barang. Untuk
bisnis gabungan manufaktur dan non manufaktur, contohnya rumah makan.
3. Produksi dan Produktivitas
Produksi
dan produktivitas adalah dua hal yang berbeda. Produksi adalah penambahan nilai
tambah. Jenis nilai tambah dapat berupa :
a) Manfaat bentuk adalah segala macam bentuk
penambahan manfaat yang dihasilkan dengan melakukan perubahan bentuk, misalnya
kayu menjadi kursi, kain menjadi baju.
b) Manfaat
tempat apabila suatu barang akan memperoleh nilai tambah ketika barang tersebut
berpindah dari tempatnya semula.
c) Peluang
bagi barang yang memiliki bentuk sama dan tempat yang sama dikenal dengan
manfaat waktu, misalnya perusahaan gudang.
d) Salah
satu contoh manfaat kepemilikan adalah pemberian sertifikat.
Tingkat produksi adalah
barapa jumlah yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu. Pengukuran tingkat
produksi melalui beberapa variable yakni melalui input, proses, dan output.
Melalui variabel input yang digunakan
dalam produksi antara lain :
a. Material / Bahan
Input
berupa
material/bahan yang digunakan untuk mengukur tingkat produksi adalah bahan baku.
Bahan baku adalah bahan utama yang diolah menjadi produk bahan jadi dan
pemakaiannya dapat diidentifikasikan secara langsung atau bisa diikuti jejaknya
pada produk jadi. Dalam menggunakan bahan sebagai pengukur berapa tingkat
produksi, ada suatu standar penggunaan bahan. Standar penggunaan bahan adalah
suatu standar yang dibuat oleh suatu perusahaan yang menunjukkan jumlah dan
jenis bahan baku yang diperlukan untuk bisa memproduksi satu unit produk.
a.
Karyawan
Karyawan dalam
perusahaan dibagi menjadi dua yaitu karyawan langsung dan karyawan tidak
langsung. Jika tingkat produksi diukur dengan menggunakan karyawan, maka ada
standar penyelesaian kerja. Standar penyelesaian kerja merupakan standar yang
menunjukkan jumlah dan jenis tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk
menyelesaikan satu unit produk. Karena yang terlibat secara langsung dalam
proses konversi adalah karyawan langsung, maka perhitungan tingkat produksi
juga menggunakan karyawan langsung saja, bukan semua karyawan perusahaan.
b.
Peralatan
Peralatan sebagai salah
satu input juga dapat digunakan sebagai variabel dalam mengukur tingkat
produksi. Perhitungan tingkat produksi akan menggunakan jam mesin langsung. Jam
mesin langsung adalah jam penggunaan mesin yang secara langsung terlibat
dalam/untuk proses konversi.
Produktivitas adalah kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan sejumlah produk barang dan atau jasa dengan faktor produksi
yang tersedia. Tingkat produktivitas
adalah sejauh mana produksi yang dilaksanakan telah
mencapai apa yang telah direncanakan sebelumnya. Berikut
rumus produktivitas :
Ada dua metode untuk mengukur tingkat
produktivitas suatu perusahaan yakni
:
a.
Dengan membuat perbandingan antara output dan input
Metode
ini menghitung produktivitas dengan cara output
dibagi dengan input. Manfaat yang
diperoleh dengan menggunakan metode
pertama antara lain :
1.
Dapat
mengetahui porsi masing-masing input
terhadap output.
2.
Dapat
mengetahui tingkat efisiensi masing-masing input.
3.
Manajer
operasi dapat memilih langkah yang benar dalam merencanakan dan mengendalikan
input untuk proses konversi yang dilaksanakan oleh perusahaan.
b. Menunjukkan
perbandingan antara kondisi aktual dan normatif.
Upaya yang bisa
dilakukan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan antara lain:
a. Secara
ekstensif, yaitu upaya untuk meningkatkan jumlah produksi dengan cara menambah
jumlah faktor produksinya.
b. Secara
intensif, yaitu upaya untuk meningkatkan jumlah produksi dengan cara
meningkatkan produktivitas setiap faktor produksi.
c. Rasionalisasi,
yaitu upaya untuk meningkatkan jumlah produksi dengan cara mengeluarkan
kebijaksanaan yang rasional yang mengarah pada efisiensi produksi agar
produktivitas optimal. Rasionalisasi dapat ditempuh dengan cara :
1.
Mekanisasi,
yaitu dilakukan dengan mengganti alat-alat produksi dengan mesin-mesin atau
alat-alat yang serba modern.
2.
Standardisasi,
yaitu dilakukan dengan membuat suatu standar atau ukuran dalam hal mutu,
bentuk, ukuran, dan lain-lain terhadap suatu produk tertentu.
3.
Spesialisasi
atau pembagian kerja.
4.
Menempatkan
pekerja pada tempat yang sebenarnya (tepat dalam penempatan)
4. Stategi Proses
Ada
enam macam strategi proses yang dapat dipilih agar proses konversi dapat
optimal, yaitu :
a. Inovasi
teknologi : perusahaan selalu berusaha menemukan dan mengembangkan teknologi
baru bagi produknya dan akan memproduksi produk yang terbaru sedangkan produk
baru tidak diproduksi lagi.
b. Eksploitasi
teknologi : pada dasarnya hampir sama dengan inovasi teknologi yakni perusahaan
berusaha menemukan dan mengembangkan teknologi baru bagi produknya. Perbedaanya
adalah pada perlakuan produk lama, untuk produk lama, masih diproduksi namun
dijual dengan harga yang lebih rendah
c. Layanan
teknologi : baiasanya perusahaan yang menggunakan strategi ini bergerak pada
bidang pelayanan. Perusahaan akan memberikan pelayanan yang terbaik untuk
konsumen, sehingga perusahaan akan melengkapi peralatan produksinya dengan
teknologi baru sehingga lebih aman dan nyaman untuk pelanggan.
d. Kustomisasi
massa : melalui strategi ini, perusahaan akan memproduksi produk yang beraneka
rangam dan dalam jumlah yang besar.
e. Modularisasi
: walaupun kadang produk dari perusahaan tersebut berbeda, namun bisa juga
salah satu atau beberapa komponen dari produk tersebut adalah sama.
f. Ekonomi
: perusahaan memproduksi produk dengan variasi kecil dan dalam jumlah yang
banyak, perusahaan menekankan pada biaya per unit yang serendah-rendahnya.
B. Desain Produk
Produk
adalah ujung tombak bisnis. Oleh karena itu, desain produk merupakan hal yang
tidak boleh dipandang remeh. Manajemen perusahaan hendaknya memahami hal
seperti komponen produk, definisi produk, Product Life Cycle (PLC) dan Machine
Life Style (MLC), serta analisis kelayakan produk.
1. Komponen Produk
Produk
adalah hasil produksi. Agar dapat mendesain produk dengan benar maka perlu
mengetahui komponen produk. Komponen produk antara lain :
a. Nama
atau merek
Nama
produk akan menjadi identitas utama untuk dikenalinya suatu produk. Nama atau merek
dapat digunakan untuk komunikasi kepada pelanggan melalui berbagai hal
antara lain :
1)
Nama atau merek dapat berwujud nama,
terminology, simbol, desain/gambar, yang mengidentifikasikan produk dan
membedakan produk perusahaan dengan produk competitor.
2)
Nama atau merek
bukanlah sekedar nama saja melainkan menjadi satu set image yang bisa
mengkomunikasikan produk kepada para pembeli.
3)
Nama atau merek
akan mampu menggambarkan beberapa hal, seperti kualitas produk, reliabilitas
produk, kinerja produk maupun pereusahaan pembuat produk, prestasi produk
maupun perusahaan pembuat produk, dll.
4)
Nama atau merek
dapat memungkinkan perusahaan untuk menentukan harga yang lebih rendah, sama,
atau lebih tinggi dari harga produk competitor.
5)
Nama atau merek
juga dapat digunakan perusahaan untuk menarik perhatian lebih banyak kepada
para konsumen.
b. Kemasan
atau pembungkus
Dewasa
ini, kemasan tidak hanya berfungsi sebagai pembungkus namun memiliki peran yang
lain seperti :
1) Kemasan
dapat menambah nilai produk perusahaan.
2) Kemasan
dapat digunakan sebagai media komunikasi melalui logo atau tulisan dalam
kemasan tersebut.
3) Kemasan
dapat digunakan untuk menjelaskan produk dan kegunaan produk.
4) Kemasan
dapat digunakan untuk memberi peringatan, menunjukkan garansi, dan berbagai
informasi lain yang diberkaitan dengan produk yang dikemas.
5) Kemasan
dapat didesain untuk menjadi lebih simple dan menjadikan produk lebih menarik.
6) Kemasan
juga berguna untuk memproteksi atau melindungi produk yang berada didalamnya.
c. Idea
Yang
termasuk dalam idea yakni sebagai berikut :
1) Fitur
produk adalah segala hal yang melekat pada produk, seperti bentuk, warna,
ukuran, kenyamanan dalam penggunaan, keamanan, daya tahan, flesibilitas, harga
produk, dsb. Contoh: dalam produk kursi mebel, fitur berupa daya tahan sangat
diperhatikan, untuk produk ikan bakar lebih menonjolkan fitur rasa dalam
pemenuhan selera.
2) Benefit
produk adalah apapun yang dapat diperoleh dari produk tersebut. Dapat diketahui
melalui kepuasan konsumen. Ada tipe kepuasan konsumen yakni kepuasan rasional,
contohnya seseorang yang butuh baju puas setelah membeli baju dan kepuasan
emosional, misalnya seseorang membeli lukisan mahal untuk dipajang diruang
tamu.
3) Jaminan
produk, contohnya pakaian tidak luntur, gambar televisi cukup jelas, pergantian
baru dalam jangka waktu tertentu, dll.
4) Servis
atau layanan produk, misalnya produsen memberikan pelayanan dari barang masih
ditangan produsen sampai barang tersebut pindah tangan ke konsumen dengan baik.
2. Definisi produk
Terkait dengan definisi
produk, pembangkitan idea menjadi bagian penting. Pembangkitan idea
merupakan gabungan pengetahuan dan seni. Dalam hubungannya dengan pembangkitan
dan pengembangan idea, terkait beberapa pengertian penting yakni :
a) penelitian
murni (untuk mengembangkan ilmu pengetahuan) dan penelitian terapan (diterapkan
untuk kepentingan tertentu),
b) penelitian
produk (pengembangan produk) dan penelitian proses, serta
c) penciptaam
dan/atau peniruan produk (pembuatan produk baru dan melindungi produk dari
tindakan peniruan bahkan pemalsuan).
Setelah proses
pembangkitan dan pengembangan idea, tahap berikutnya adalah melakukan analisis
trade-off produk meliputi fungsi utama produk, bentuk produk disesuaikan dengan
fungsi utama produk, ukuran produk, warna produk, dan kelengkapan produk
didesain sesuai dengan fungsi utama produk sehingga para konsumen produk ini
dapat benar-benar memanfaatkan fungsi produk secara maksimal.
3. Analisis Kelayakan Produk
Analisis kelayakan
produk meliputi tiga aspek utama, yaitu :
a) Analisis
teknis adalah analisis dari sudut pandang teknikal, karena proses produksi
berhubungan dengan berbagai masalah produksi. Contoh :
1. Tersedianya
material yang sesuai spesifikasinya untuk proses produksi
2. Tersedianya
dukungan teknis untuk pelaksanaan proses produksi
3. Tersedianya
mesin dan peralatan untuk melakukan produksi
4. Tersedianya
tempat yang cukup untuk proses produksi
5. Tersedianya
tenaga kerja langsung atau operator untuk melaksanakan proses produksi
b) Analisis
ekonomis adalah analisis dengan mempertimbangkan produk yang dapat diproduksi
dengan biaya per unit yang wajar atau bahkan dapat diproduksi dengan harga per
unit yang lebih rendah dari perusahaan yang sudah beroperasi. Satu persoalan
yang tidak dapat ditinggalkan dalam analisis ekonomis ini adalah persoalan
skala ekonomis. Ada beberapa hal yang berpengaruh di dalam kelayakan analisis
ekonomis yaitu :
1. Kemudahan
untuk memperoleh bahan baku,
2. Kontinuitas
tersedianya bahan baku atau material,
3. Kelancaran
proses produksi yang akan dilaksanakan dalam perusahaan meliputi kelancaran
operasional mesin dan peralatan produksi, ketrampilan para karyawan langsung
atau operator yang terlibat langsung dalam penanganan proses produksi.
c) Analisis
komersial adalah analisis dengan konsep tentang produksi dan penjualan produk.
Dalam analisis ini mempertimbangkan apakah suatu produk layak diproduksi dan
dipasarkan secara komersial atau dapat terserap oleh pasar. Aliran kas masuk
diperhitungkan atas penjualan produk tersebut.
Ketiga analisis yakni analisis
teknis, analisis ekonomis, dan analisis komersial ini harus mendapatkan hasil
layak. Jika salah satu aspek tidak layak maka sebaiknya perusahaan mengurungkan
niatnya untuk memproduksi dan menual produk tersebut.
4. Hubungan Antara PLC (Product Life Cycle) dan MLC (Machine
Life Cycle)
PLC dan MLC merupakan
suatu kesatuan yang harus dipertimbangkan dengan baik oleh manajemen
perusahaan. Ketimpangan antara keduanya akan merugikan perusahaan.
a. PLC
( Product Life Cycle )
PLC
menggambarkan perkembangan penjualan produk perusahaan dalam kurun waktu
tertentu. Siklus tersebut dimulai dari introduksi dan berakhir dengan
penurunan.
1) Tahap
introduksi : tahap dimana produk belum dikenal oleh calon konsumen, dan dalam
kurun waktu tertentu itu jumlah penjualan tidak terlalu banyak.
2) Tahap
growth : dalam tahap ini terjadi peningkatan penjualan produk yang sangat
signifikan.
3) Tahap
maturitas (kedewasaan) : tahap ini ditandai dengan jumlah penjualan tidak naik
lagi tetapi juga tidak turun dalam jangka waktu tertentu atau relatif sama.
4) Tahap
penurunan : tahap akhir PLC ditandai dengan menurunnya jumlah produk yang
dijual dan akhirnya tidak ada produk yang terjual lagi dalam kurun waktu
tertentu.
Apabila
jumlah hubungan jumlah unit yang terjual digambarkan dalam grafik, akan
terlihat sebagai berikut :
b. MLC
( Machine Life Cycle )
MLC
adalah siklus hidup mesin. MLC berkaitan erat dengan PLC. Mesin untuk
memproduksi produk yang dijual perusahaan hendaknya mempunyai siklus hidup yang
seimbang dengan siklus hidup produk. Grafik MLC :
Tahapan MLC
antara lain :
1) Tahap
persiapan dan instalasi : dalam tahap ini belum ada satupun produk yang
dihasilkan melalui mesin dan peralatan tersebut. Sehingga dalam tahap ini
jarang digambarkan dalam grafik yang menghubungkan jumlah unit yang diproduksi
dengan waktu. Setelah tahap persiapan dan instalasi selesai selesai, dimulailah
tahap percobaan.
2) Tahap
produksi percobaan : merupakan percobaan terhadap mesin dan peralatan produksi
yang baru. Oleh karena yang dicoba adalah mesin dan bukan produk, maka produk
dari proses produksi percobaan merupakan produk normal, sejauh mproduk yang
dihasilkan tidak menyimpang , dan bisa digunakan seperti produk normal yang
dihasilkan oleh mesin atau alat produksi yang lama. Produksi percobaan dimulai
dengan kapasitas yang rendah.
3) Tahap
produksi normal : mesin dan peralatan produksi dipergunakan sesuai kapasitas
normal. Walaupun begitu, tetap diperlukan adanya pemeliharaan mesin secara
rutin dan pemeliharaan berkala harus selalu dilakukan agar mesin dan peralatan
produksi tetap berfungsi dengan baik.
4) Tahap
pemberhentian : tahap ini mesin dan
peralatan produksi diberhentikan tugasnya dari proses konversi. Sehubungan
dengan ini, ada 2 macam pemberhentian :
a) Pemberhentian
sementara > pemberhentian untuk sementara waktu saja. Dalam tahap ini
manajemen akan melakukan perbaikan besar-besaran. Seperti penggantian suku
cadang, dan sebagainya. Bisa jadi perbaikan yang dilakukan membutuhkan waktu
yang cukup lama. Apabila perbaikan sudah siap, maka akan disusul dengan
percobaan mesin dan kemudian masuk ke tahap produksi normal.
b) Pemberhentian
permanen > mesin dan alat produksi tersebut benar – benar tidak dapat lagi
dipergunakan.
c. Hubungan
PLC dan MLC
Dari gambar tersebut, terlihat bahwa betapa
pentingnya kesesuaian waktu antara PLC dan MLC. Jika kurun waktu PLC lebih
cepat dari MLC, maka di sisa umur MLC sudah tidak ada lagi produk yang terjual
untuk mendukung biaya penyusutan mesin dan peralatan produksi. Hal ini dikarenakan
jika MLC belum selesai berarti umur ekonomis mesin itu masih ada. Sementara produk
sudah memasuki tahap penurunan atau sudah tidak dapat terjual lagi sehingga
tidak ada penerimaan pendapatan produk. Sehinggan mesin tersebut tidak memiliki
daya dukung sehingga akan membebani perusahaan.
Keadaan sebaliknya adalah ketika kurun waktu
MLC lebih cepat dari PLC. Ini juga tidak menguntungkan. Karena produk yang
sebenarnya masih sangat diminati konsumen, tidak dapat diproduksi disebabkan
oleh mesin atau alat produksinya yg sudah rusak. Dengan demikian potensi
keuntungan perusahaan akan hilang. Jadi, jelaslah bahwa keseimbangan antara PLC
dan MLC sangat perlu untuk diperhatikan pihak manajemen.
C. Desain Proses dan Layout
Masalah
desain proses dan layout menjadi bagian terpenting dari manajemen oeprasi
karena berkaitan langsung dengan transformasi input menjadi output, sedangkan
layout berpengaruh langsung terhadap kelancaran dan efisiensi produksi
oleh perusahaan. Oleh karena itu, perlu memahami jenis proses, penyusunan
rencana proses, dan analisis proses. Sementara untuk mendukung proses produksi
perusahaan, perlu memahami jenis layout yang digunakan.
1. Jenis Proses
Jenis proses produksi
ternyata beraneka ragam. Pengelompokan proses produksi harus melihat tujuan
pengelompkan itu sendiri sehingga dapat diketahui jenis produksi yang relevan dengan
kepentingan pemisahan jenis tersebut. Berikut sudut pandang pengelompokan jenis
proses produksi yang digunakan perusahaan yakni :
a) Nilai Tambah
Proses
; digunakan untuk mendukung
kebijakan pemilihan wujud proses produksi yang akan dilaksanakan dalam perusahaan. Proses produksi merupakan penambahan manfaat
seperti manfaat bentuk,
waktu, tempat, kepemilikan.
b)
Aliran Proses ‘digunakan oleh manajemen perusahaan untuk penyusunan layout fasilitas produksi. Proses produksi dibagi menjadi dua macam yaitu proses
produksi terus-menerus (kontinou) yang
selalu sama dari waktu ke
waktu dan proses produksi terputus-putus (intermittent)
urutan proses produksi tidak
selalu sama.
c)
Pengendalian Kualitas Proses
; proses produksi dibagi
menjadi proses produksi tipe A (mudah diperiksa), tipe B (pemeriksaan proses
tertentu), tipe C
(pemasangan),
tipe D
(dilengkapi peralatan),
dan tipe E (untuk perusahaan non manufaktur).
d)
Penjadwalan Proses ; proses produksi dikelompokkan menjadi tiga kelompok
utama, yaitu proses produksi per unit, proses produksi kelompok, dan proses
produksi massal. Proses produksi per unit dibagi menjadi proyek dan pesanan.
Proses produksi kelompok dibagi menjadi produksi sekali saja, produksi berulang
dengan pola teratur, dan produksi berulang tanpa pola teratur. Proses produksi
massal adalah proses produksi dalam jumlah besar.
e)
Manajemen Proses ; proses produksi dikelompokkan menurut volume dan
varian proses. Volume proses dibagi menjadi tinggi, sedang,
dan rendah. Demikian pula varian proses dibagi menjadi tinggi (kustom), sedang (beda modul), dan rendah (beda atribut). Proses dengan volume tinggi dan varian rendah
disebut focus produk. Proses dengan kondisi volume rendah dan varian tinggi
disebut focus proses. Proses dengan volume sedang dan varian sedang disebut proses repetitif. Proses dengan volume
tinggi dan varian tinggi disebut kustom masa. Proses dengan volume rendah dan varian rendah tidak
dilakukan karena merugikan perusahaan.
2. Perenanaan Proses
Perencanaan proses memerlukan berbagai keputusan penting.
Berapa produk siminimal harus ditentukan agar perusahaan tidak terjebak dalam
kerugian. Target penjualan dengan keuntungan tertentu, besarnya margin of safety, dantitik tutup usaha
perlu dianalisis untuk mendapatkan keputusan proses yang baik. Di samping itu,
keputusan beli atau buat,meneruskan produk rugi, dan penggantian teknologi
perlu dianalisis dan direncanakan dengan baik pula.
Analisis Impas adalah
analisis antara volume, biaya, dan keuntungan. Untuk dapat melakukan analisis
impas, maka harus diketahui seberapa besarnya harga jualnya per unit produk
perusahaan. Disamping itu, seluruh biaya yang ada dalam perusahaan harus dapat
dikelompokkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel.
Ada 3 macam biaya variabel, yaitu :
a) Biaya
variabel Progresif: Biaya variabel yang pertambahan jumlahnya lebih besar
daripada pertambahan jumlah unit kegiatan.
b) Biaya
Variabel Proporsional: Biaya variabel yang jumlahnya tetap sebanding dengan
pertambahan besar kegiatan.
c) Biaya
Variabel Degresif: Biaya yang pertambahan biayanya lebih kecil
dari pada pertambahan kegiatan.
Contoh rangkaian
anallisis impas untuk beberapa keputusan yang diperlukan untuk perencanaan
proses produksi di dalam sebuah perusahaan digunakan data sebagai berikut :
-
Harga jual
produk/unit : Rp 2.500,-
-
Biaya
tetap/periode : Rp 100.000.000,-
-
Biaya
Variabel/unit : Rp 1..700,-
MI (Marginal Income) = Harga jual - Biaya Variabel
=
Rp 2.500,00 – Rp 1.700,00
=
Rp 800,00/unit
=
Rp
125.000,00/unit setiap periode
Kesimpulan :
Produksi dengan jumlah unit kurang dari titik impas akan mengakibatkan kerugian
perusahaan. Jika ingin memperoleh keuntungan, produksi harus dilakukan dalam
jumlah yang lebih besar dari titik impas. Dengan demikian, pengetahuan tentang
titik impasini akan dapat memandu manajemen perusahaanuntuk menentukan
keputusan proses di dalam perusahaan agartidak menimbulkan kerugian bagi
perusahaan tersebut.
3.
Analisis
Proses
Analisis proses
diperlukan untuk melihat apakah proses sudah berjalan dengan benar dan efisien
ataukah belum. Terdapat empat metode kerja yang memerlukan analisis proses
dengan cara masing-masing berbeda. Empat metode kerja yang dilakukan oleh
tenaga kerja langsung dalam perusahaan adalah :
a) Sistem
kerja keseluruhan
Pada
metode ini karyawan bekerja dan bertanggung jawab penuh kepada pekerjaan secara
keseluruhan. Analisis proses yang digunakan menggunakan bagan proses. Sistem
kerja ini digunakan oleh karyawan yang menyelesaikan satu unit pekerjaan dan
bertanggung jawab penuh terhadap penyelesaian pekerjaan tersebut. Contoh pekerjaannya,
pemasangan instalasi listrik; perbaikan mesin; dan pembersihan ruangan.
Simbol-simbol
yang biasa digunakan adalah :
Simbol
|
Arti
|
O
|
Operasi, segala kegiatan
yang diperlukan berhubungan dengan pekerjaan yang dilakukan.
|
Þ
|
Transportasi, segala
perpindahan yang diperlukan berhubungan dengan pekerjaan yang dilakukan.
|
□
|
Inspeksi atau
pemeriksaan, segala pemeriksaan yang diperlukan berhubungan dengan pekerjaan
yang dilakukan.
|
ᴅ
|
Delay atau penundaan,
segala macam bentuk penundaan yang terjadi berhubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan.
|
Ñ
|
Penyimpanan, segala
bentuk penyimpanan (dalam gudang) sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan
|
b) Karyawan
yang bekerja pada tempat tetap
Pada
metode ini, analisis proses dilakukan dengan menggunakan bagan gerak simultan.
Bagan ini menunjukan aktivitas tangan kanan dan tangan kiri, serta kaki kanan
dan kaki kiri juga terlibat dalam kegiatan proses. Pekerjaan yang menggunakan
metode ini seperti operator mesin jahit, pemasang label botol, maupun operator
komputer.
c) Karyawan
bekerja dengan mesin
Analisis
proses yang digunakan pada metode kerja ini adalah menggunakan bagan manusia
mesin. Bagan ini menunjukan apa yang dilakukan operator mesin dan apa yang
dikerjakan mesin. Perlu dilihat perbandingan waktu kerja dari karyawan dan
mesin. Kita dapat melihat perbandingan mesin dan karyawan yang ideal dengan
membandingkan antara siklus waktu mesin (SWM) dengan siklus waktu karyawan
(SWK).
d) Karyawan
yang bekerja bersama
Bagi karyawan
yang bekerja bersama, alat analisis prosesnya adalah bagan staf. Bagan ini menunjukan kapan masing-masing
karyawan atau staf tersebut harus bekerja.
4.
Jenis
Layout
Layout
adalah penataan fasilitas produksi. Penyusunan layout yang benar akan
memberikan berbagai manfaat antara lain yaitu :
a) Terdapat
peningkatan produktivitas perusahaan
b) Terdapat
peningkatan utilasi peralatan dan sumber daya manusia
c) Terdapat
peningkatan aliran material dalam perusahaan
d) Terdapat
peningkatan aliran proses produksi yang dilaksanakan
e) Terdapat
peningkatan moral kerja karyawan dan keamanan kerja karyawan
f) Terdapat
peningkatan aliran informasi dan tenaga kerja langsung
Setiap
perusahaan pasti akan memiliki layout yang berbeda-beda antara satu dengan yang
lainnya, tergantung dengan produksi dari produksi masing-masing perusahaan tersebut.
Beberapa jenis layout secara umum tersebut adalah sebagai berikut :
(1) Layout
posisi tetap (fixed position layout)
Layout
posisi tetap adalah layout untuk proyek. Setiap proyek pasti memiliki
spesifikasi yang berbeda, akan tetapi ada kesamaan dalam hal layout fasilitas
produk untuk setiap proyek yang hanya sekali pakai saja dalam setiap. Layout
seperti ini lebih baik dilakukan di tempat yang longgar sehingga penempatan
fasilitas produksi akan menjadi lebih mudah. Contoh dari layout ini adalah
proyek pembangunan jembatan, pembangunan menara, pembangunan gedung kantor.
(2) Layout
proses (Process-oriented layout)
Layout
proses adalah layout untuk perusahaan yang memproduksi produk dengan varian
yang tinggi dan volume rendah. Persoalan yang dihadapi oleh perusahaan yang
menggunakan layout ini adalah terdapatnya aliran material dan proses yang
berbeda untuk setiap produk yang berbeda.
Dukungan perencanaan dan pengawasan proses serta penataan layout yang
baik akan sangat mempengaruhi tingkat efisiensi produksi. Contoh perusahaan
yang menggunakan layout ini adalah perusahaan rumah makan atau restoran yang
menyediakan menu yang beraneka ragam, perusahaan mebel sederhana, perusahaan
karoser.
(3) Layout
kantor (office layout)
Layout
kantor adalah layout untuk kantor. Hal yang ingin dicapai dengan pengaturan
layout kantor yang baik adalah terdapatnya kemudahan kontak bagi karyawan yang
menempati kantor tersebut. Apabila kemudahan kontak antar karyawan tidak
didapati maka kontak antar karyawan akan terganggu sehingga akan merugikan
kantor tersebut. Contoh dari layout ini adalah digunakan pada berbagai macam
kantor.
(4) Layout
layanan/eceran (Retail layout)
Layout
layanan atau eceran adalah layout yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan
yang menjual eceran (retail). Untuk perusahaan layanan seperti layanan
pemeliharaan mobil, seluruh fasilitas produksi harus siap untuk digunakan dalam
proses layanan. Sedangkan untuk perusahaan retail, layout perlu diatur dengan
baik agar tempat layanan dapat terlihat cukup menyenangkan dan tidak terkesan
tak beraturan ataupun kumuh serta produk dapat terlihat dan dapat membuat
pelanggan tertarik.
(5) Layout
gudang (Warehouse layout)
Layout
gudang perlu diperhatikan dengan baik agar produk yang disimpan dalam gudang
tidak justru menjadi cepat rusak. Beberapa pertimbangan umum untuk penyusunan
layout gudang adalah terdapat balans antara efisiensi biaya gudang dengan
penanganan material dan aliran udara juga perlu diperhatikan.
(6) Layout
produk (Product-oriented layout)
Layout
produk adalah layout yang digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang memproduksi
produk dengan varian rendah dengan jumlah unit atau volume yang tinggi.
Beberapa contoh dari perusahaan yang menggunakan layout ini adalah perusahaan
kertas, perusahaan tekstil, perusahaan garmen dan lain sebagainya.
(7) Work-cell
Layout
Ada
pengembangan layout misalnya layout garis tang dikembangkan menjadi layout sel
(cellular layout). Artinya di dalam garis produksi terdapat satu atau beberapa
bagian yang akan enyelesaikan modul tertentu dan dilakukan dalam sebuah
sel.misalnya pada perakitan.
Setelah
menentukan jenis layout, maka persoalan berikutnya adalah bagaimana perusahaan
tersebut menyusun layout. Penyusunan layout dilakukan menurut urutan proses
yang digunakan perusahaan. Terdapat dua cara penyusunan layout. Cara pertama
adalah layout untuk proses produksi kontinu dan cara kedua untuk proses
produksi intermittent.
D. Strategi Lokasi dan Kapasitas
Masalah
lokasi bisnis dan kapasitas sangat perlu diketahui dengan benar karena
berpengaruh langsung terhadap operasional bisnis perusahaan. Oleh karena itu,
manajemen perusahaan harus mengetahui dan memahami model pemilihan lokasi,
kapasitas dan strategi ekspansi, peramalan permintaan langsung dan peramalan
permintaan turunan. Hal ini dimaksudkan agar kesuksesan selalu menyertai bisnis
perusahaan tersebut.
1. Model Pemilihan Lokasi
Pemilihan
lokasi perlu dilakukan dengan cermat. Keputusan lokasi dimulai dengan keputusan
regional, disusul keputusan lokal, dan terakhir keputusan tapak.
a) Keputusan
Regional
Keputusan regional
adalah keputusan di region mana saja perusahaan akan dioperasikan. Untuk keputusan regional ada
beberapa pertimbangan seperti:
(1) pertimbangan pasar
(2) material
(3) tenaga kerja lokal
(4) sumber tenaga
(5) perpajakan nasional
(6) pemerintah,
(7) faktor pertimbangan lain yang
dapat mempengaruhi operasional bisnis tersebut.
b) Keputusan
Lokal
Selanjutnya yang kedua adalah
keputusan lokal. Keputusan lokal adalah keputusan
melakukan pemilihan lokasi dalam suatu region yang telah terpilih. Di tahap ini juga ada faktor -
faktor yang harus dipertimbangkan diantaranya :
(1) perpajakan daerah
(2) insentif ekonomi
(3) komunitas lingkungan
(4) jaringan transportasi
(5) sikap dan kebijakan pemerintah
daerah
(6) regulasi lingkungan.
c) Keputusan
Tapak atau Site
Setelah semua pertimbangan yang berhubungan dengan keputusan
lokal bisa dianalisis dengan baik, tahap terakhir adalah keputusan tapak.
Keputusan tapak adalah keputusan yang mempunyai output sangat rinci, yaitu
dimana dan dijalan apa lokasi tersebut dipilih. Hal yang harus dipertimbangkan
antara lain :
a. pemenuhan persyaratan teknis
b. tersedianya area untuk ekspansi
c. daerah kawasan industri
d. harga tanah setempat.
Pemilihan
lokasi dapat menggunakan model peniliaian faktor yang mempengaruhi lokasi,
dapat pula dengan metode perbandingan biaya. Model pemilihan lokasi berdasarkan
faktor dapat berupa penilaian kualitatif maupun kuantitatif. Berikut contohnya
:
Penilaian
Faktor Lokasi
Faktor
Lokasi
|
Lokasi
A
|
Lokasi
B
|
||||||
H
|
N
|
B
|
T
|
H
|
N
|
B
|
T
|
|
Lokasi
Pasar
|
SB
|
5
|
1
|
5
|
B
|
4
|
1
|
4
|
Lokasi
sumber material
|
K
|
2
|
3
|
6
|
B
|
4
|
3
|
12
|
Tersedianya
tenaga kerja
|
C
|
3
|
3
|
9
|
SB
|
5
|
3
|
15
|
Tersedianya
power
|
SB
|
5
|
1
|
5
|
K
|
2
|
1
|
2
|
Insentif
ekonomis
|
C
|
3
|
1
|
3
|
SK
|
1
|
1
|
1
|
Komunitas
lingkungan
|
K
|
2
|
2
|
4
|
B
|
4
|
2
|
8
|
Fasilitas
transportasi
|
K
|
2
|
1
|
2
|
SB
|
3
|
1
|
3
|
Persyaratan
teknis
|
SB
|
5
|
1
|
5
|
C
|
3
|
1
|
3
|
Harga
tanah
|
C
|
3
|
1
|
3
|
B
|
4
|
1
|
4
|
Jumlah
|
|
|
|
42
|
|
|
|
52
|
Keterangan
: H = Hasil, N = Nilai, B = Bobot, t = Total
Dari
contoh tersebut, perusahaan sebaiknya memilih lokasi B sebagai pilihan pertama
atas dasar penilaian faktor lokasi karena memiliki nilai lebih tinggi
dibandingkan lokasi A. Di samping penilaian faktor lokasi, manajemen perusahaan
juga mempertimbangkan perbandingan biaya dalam pemilihan lokasi perusahaan.
Berikut contohnya :
Perbandingan
Biaya
K
|
FC (AA)
|
VC (AA)
|
TC (AA)
|
FC (BB)
|
VC (BB)
|
TC (BB)
|
10.000
|
20.000.000
|
2.000
|
40.000.000
|
40.000.000
|
1.000
|
50.000.000
|
15.000
|
20.000.000
|
2.000
|
50.000.000
|
40.000.000
|
1.000
|
55.000.000
|
20.000
|
20.000.000
|
2.000
|
60.000.000
|
40.000.000
|
1.000
|
60.000.000
|
25.000
|
20.000.000
|
2.000
|
70.000.000
|
40.000.000
|
1.000
|
65.000.000
|
30.000
|
20.000.000
|
2.000
|
80.000.000
|
40.000.000
|
1.000
|
70.000.000
|
Keterangan : K = Kapasitas, FC = Biaya Tetap, VC = Biaya Variabel, TC =
Total Biaya
Dari contoh perbandingan biaya
tersebut, manajemen perusahaan sebaiknya memilih lokasi yang lebih murah
disesuaikan dengan besarnya kapasitas yang direncanakan perusahaan.
2. Kapasitas Strategi dan Ekspansi
Kapasitas adalah maksimum output per
periode. Terdapat perbedaan antara kapasitas desain dan kapasitas efektif. Kapasitas desain adalah maksimum output per periode dalam kondisi
ideal. Namun kondisi ini masih sering tidak sesuai dengan kenyataan. Untuk itu
diperlukan analisis yang berbasis kondisi riil atau normal. Maksimum output
dalam kondisi normal dalam periode tertentu inilah yang disebut kapasitas
efektif. Untuk membandingkan antara output nyata dengan kapasitas desain
disebut utilisasi (output nyata/kapasitas desain). Sedangkan untuk kapasitas
efektif dengan output nyata disebut efisiensi (outputnyata/kapasitas efektif). Beberapa hal yang penting untuk menunjang penyusunan
perencanaan kapasitas yang baik antara lain adalah:
a)
Peramalan
permintaan yang akurat; bertujuan agar kesenjangan antara kapasitas yang
disediakan dengan kapasitas yang digunakan dapat terhindar.
b)
Pemahaman
teknologi yang baik; terdapat dua macam teknologi yakni teknologi tradisonal
dan modern. Pengguna dapat memilih teknologi yang akan digunakan disesuaikan
dengan kondisi masing-masing pengguna.
c)
Level
operasi yang optimal; dengan cara berproduksi secara skala ekonomis yakni
berproduksi pada biaya produksi paling rendah.
d)
Kesiapan
untuk perubahan; manajemen perusahaan harus siap menghadapi perubahan
permintaan seperti peningkatan permintaan ataupun penurunan permintaan.
Terdapat
empat macam strategi ekspansi yang berbeda dalam hubungannya dengan perencanaan
kapasitas yang bisa dipilih perusahaan :
a) Demand leading strategy; menambahkan
kapasitas sebelum permintaan naik melebihi kapasitas.
b) Demand trailing strategy; perusahaan akan menambah kapasitas
produksi jika permintaan produk telah
melebihi kapasitas.
c) Demand matching strategy; perusahaan menyesuaikan penambahan
kapasitas dengan penambahan permintaan
produk.
d) Steady expansion strategy; menyusun pola penambahan kapasitas
produksi berbasis waktu, atau berkala.
3. Peramalan Permintaan Langsung
Untuk
melakukan peramalan permintaan langsung, dapat menggunakan berbagai model
peramalan diantaranya adalah :
a) Metode
rata-rata bergerak adalah mencari besarnya rata-rata dari beberapa periode
terakhir.
b) Metode
tren garis lurus akan menghitung peramalan permintaan produk, berbasis penjualan
produk tahu yang telah lalu untuk melihat pergerakan yang akan datang.
c) Metode
tren garis lengkung.
Jika
hasil peramalan dengan berbagai model tersebut berbeda, maka dipilih model yang
paling mendekati realitas yang ditunjukkan oleh rata-rata penyimpangan absolut
terkecil.
4. Peramalan Permintaan Turunan
Untuk
produk permintaan turunan peramalan tidak dapat dilakukan hanya dengan melihat
data penjualan yang telah lalu saja. Perlu dicari hubungan antara permintaan
produk turunan dan produk dominan, kemudian dilakukan peramalan untuk produk
dominan. Baru setelah itu peramalan produk turunan dapat dilakukan dengan basis
pada peramalan produ dominan dan regresi antara prduk dominan dan produk
turunan.
Dalam
peramalan permintaan produk baik permintaan langsung maupun permintaan turunan
perlu diketahui jangka waktu peramalan terdiri atas peramalan jangka pendek,
jangka menengah, dan jangka panjang. Serta metode peramalan kualitatif
diantaranya justifikasi eksekuitf dan Delphi method.
E. Strategi Kualitas
Seorang
manajemen perusahaan hendaknya memperhatikan kualitas dari produk yang
dihasilkan. Oleh karena itu, perlu pemahaman mengenai pengertian kualitas,
evolusi manajemen kualitas, identifikasi permasalahan dan biaya kualitas, dan
penentuan kualitas produk.
1.
Pengertian
Kualitas
Beberapa
pengertian kualitas yang sering dipergunakan dalam dunia bisnis adalah sebagai
berikut:
a) Pengertian
kualitas yang paling umum adalah fitur dan karakteristik produk yang dapat
mempengaruhi kepuasan pelanggan, serta cocok untuk digunakan. Contohnya :
Penambahan fitur mobil yang merubah berbagai karakteristik yang lebih
memudahkan pengguna merupakan peningkatan kualitas mobil.
b) Kualitas
ditinjau dari sisi pengguna adalah apa kata pelanggan perlu dilakukan
penelitian disebut survey pelanggan. Contoh : perusahaan mebel telah melayani
pelanggan dengan baik apabila pelanggan tersebut merasa puas maka produk
dikatakan berkualitas.
c) Kualitas
ditinjau dari sisi produsen adalah sejauh mana produk sesuai dengan spesifikasi
desain yang telah ditentukan. Contoh : perusahaan mobil memproduksi mobil yang
didesain tanpa pendingin ruangan (AC) dikatakan telah menghasilkan produk
berkualitas karena memang produk tersebut didesain sesuai spesifikasi tanpa AC.
d) Kualitas
ditinjau dari sisi produk adalah peringkat karakteristik produk yang dapat
diukur.Contoh : meja kantor diukur melalui bahan baku, perbedaan bahan baku
mengakibatkan perbedaan kualitas produk.
Untuk
melakukan pengendalian kualitas perlu dipertimbangkan pemilihan pendekatan kualitas
yang sesuai dengan kondisi perusahaan. Terdapat tiga macam pendekatan kualitas
yakni:
a) Pendekatan
Bahan Baku : apabila bahan baku yang digunakan berkualitas baik maka akan
menghasilkan produk yang baik pula.
b) Pendekatan
Proses : apabila proses produksi dilaksanakan dengan sebaik mungkin akan
menghasilkan produk yang berkualitas baik.
c) Pendekatan
Produk Akhir : manajemen perusahaan memperhatikan produk akhir sebelum
dipasarkan apabila sudah baik maka akan dipasarkan namun apabila masih kurang
baik maka dilakukan perbaikan produk agar berkualitas baik.
2. Evolusi
Manajemen Kualitas
Secara
garis besar evolusi manajamen dapat dibagi menjadi enam tahap sebagai berikut:
a) Tahap
Operator
Pada
tahap ini manajemen kualitas berada pada tangan para operator. Baik dan
buruknya kualitas produk perusahaan sangat tergantung kepada operator yang
mengerjakan atau terkait dengan proses pembuatan produk tersebut.
b) Tahap
Supervisor
Supervisor
atau mandor bertugas untuk memberikan pengarahan dan pengawasan proses produksi
yang dilakukan oleh para operator dan perlahan-lahan tanggung jawab kualitas
produk tidak lagi berada di tangan operator.
c)
Tahap Inspektur
Semakin
banyak supervisor di dalam perusahaan, kemungkinan terjadinya perbedaan
kualitas produk perusahaan semakin tinggi. Akhirnya, pada saat itu cara yang
dianggap paling tetap untuk mengatasi kesenjangan kualitas produk adalah dengan
melakukan pemeriksaan terhadap produk perusahaan.
d) Pengendalian
Kualitas Statistikal (SQC)
Manajemen
kualitas berkembang lagi dengan memanfaatkan berbagai macam model statistika
untuk melihat dan mengukur kualitas yang ada dalam perusahaan. Pada tahap ini
dikenal dengan nama pengendalian kualitas statistical (statistical quality control atau SQC). Manajemn kualitas dapat
dilakukan lebih objektif dan disertai dengan berbagai macam perhitungan yang
diperlukan dengan lebih akurat. Dalam terapan statistika untuk pengendalian
kualitas adalah dengan peta kendali (control
chart) untuk melihat penyimpangan yang terjadi.Fokus pengendalian kualitas
adalah pada produk atau hasil dari bagian produksi
e) Pengendalian
Kualitas Total (TQC)
Pengendalian
kualitas mulai berkembang lagi, bukan hanya pada kualitas produk, tapi juga
berkaitan dengan seluruh produk yang ada dalam perusahaan. Oleh karena
pengendalian kualitas ditujukan kepada seluruh kegiatan organisasi perusahan
maka era ini lazim disebut dengan pengendalian kualitas total atau total quality control.
f) Manajemen
Kualitas Total
Pengendalian
kualitas produk akan lebih baik jika didukung oleh manajemen perusahaan.
Kemudian TQC berganti menjadi TQM (total
quality management) adalah manjemen kualitas secara menyeluruh di dalam
organisasi pada setiap peringkat manajemen dan meliputi seluruh area yang ada
di dalam organisasi tersebut.
3.
Identifikasi
Permasalahan dan Biaya Kualitas
Salah
satu alat yang dapat dimanfaatkan untuk melihat permasalahan dan penyebab
terjadinya permasalahan tersebut adalah diagram tulang ikan (fish bone diagram).
msn
mat tkl
Produk
gagal
ssl mnj tek
Dari
diagram tulang ikan dapat dijelaskan faktor terjadinya produk gagal, antara
lain mesin dan peralatan produksi, material/bahan baku,tenaga kerja langsung, teknologi,
manajemen perusahaan, dan sebab-sebab lain. Untuk mengetahui faktor yang
mempunyai pengaruh besar terjadinya produk gagal umumnya manajemen perusahaan
menggunakan analisis distribusi pareto.
Setelah
mengetahui penyebab terjadinya produk gagal, maka yang perlu diperhatikan
adalah biaya kualitas. Biaya kualitas dibagi menjadi dua : biaya pencegahan dan
biaya kegagalan. Kedua kelompok biaya mempunyai sifat berlawanan, jika
manajemen perusahaan mengalokasikan biaya pencegahan dalam jumlah yang cukup
besar maka produk gagal akan banyak terhindarkan sehingga biaya kegagalan
menjadi rendah.
4. Penentuan
Kualitas Produk
Perusahaan perlu
menentukan kualitas produk yang dibuatnya. Produk yang diproduksi dan dijual
secara bebas kepada konsumen terdiri dari barang dan jasa. Penentuan kualitas
terkait erat dengan pasar sasaran perusahan. Ada tiga macam strategi segmentasi
pasar yaitu :
a)
Undifferentiated
Marketing yaitu perusahaan akan
menyiapkan produk yang sama untuk seluruh kelompok masyarakat yang ada.
b)
Differentiated Marketing yaitu perusahaan akan membedakan
pelayanankepada para konsumen berbasis kepada masing-masing segmen yang ada.
c)
Concenctrated
Marketing yaitu perusahaan akan
berkonsentrasi kepada satu atau beberapa segmen pasar dan akan melayaninnya
dengan sebaik-baiknya.
Berbagai variabel harus dipertimbangkan dalam pembuatan produk dengan
tingkat kualitas tertentu yakni :
a)
Bentuk, ukuran dan warna produk
b)
Keamanan dan kenyamanan penggunaan produk
c)
Daya tahan (umur ekonomis) produk
d)
Benefit yang diperoleh melalui produk
e)
Harga jual produk
F. Manajemen Persediaan
Dalam
sebuah perusahaan diperlukan manajemen persediaan yang benar agar dapat
meminimalkan biaya persediaan sehingga daya saing perusahaan yang bersangkutan
dapat ditingkatkan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, perlu memahami konsep
klasifikasi persediaan, teori persediaan, ketidakpastian persediaan, serta
order periode tetap dan order kuantitas tetap.
1. Klasifikasi
Persediaan
Persediaan bahan baku
sangat diperlukan dalam kegiatan operasi perusahaan terkait dengan kontinuitas input. Jika tidak ada ketersediaan bahan
baku, secara otomatis proses produksi akan terhenti. Dengan demikan, tujuan
dari pengadaan bahan baku pada perusahaan adalah agar input selalu tersedia secara kontinu sehingga proses produksi tidak
terganggu karena kekurangan bahan baku. Ada sudut pandang pengelompokan
persedian, yaitu :
a) Menurut
tahap proses
Ditinjau dari tahap
proses yang dilaksanakan perusahaan, persediaan dapat dikelompokkan menjadi
tiga macam, yaitu:
1) Persediaan
bahan baku adalah persediaan apapun yang akan dijadikan input di dalam proses produksi yang dilaksanakannya. Bahan baku
adalah bahan utama yang digunakan sebagai input
untuk proses produksi. Karana bahan baku tergolong kedalam bahan utama,
maka ketiadaan bahan baku akan mengakibatkan proses produksi menjadi terhenti.
Contoh bahan baku yang digunakan dalam proses produksi adalah: tekstil pada
perusahaan garmen, kertas pada perusahaan percetakan, kulit pada perusahaan
kerajinan kulit.
2) Persediaaan
barang setengah jadi atau persediaan barang dalam proses adalah bahan baku yang
telah masuk proses produksi namun belum sampai menjadi produk. Contoh: tekstil
yang sudah dipotong untuk garmen tetapi belum dijahit, kayu yang telah dipotong
sesuai pola meja tetapi belum selesai diproses menjadi produk akhir.
3) Persediaan
barang jadi atau persediaan produk akhir perusahaan adalah persediaan produk
yang benar-benar selesai diproses di dalam perusahaan dan siap dipasarkan.
Contoh: pakaian jadi yang sudah selesai diproses pada perusahaan garment, meja
pada perusahaan mebel.
b) Menurut
nilai persediaan
Dengan mempertimbangkan
jumlah fisik dan nilai (rupiah) dari masing-masing persediaan maka dapat dikelompokkan
menjadi tiga macam, yaitu:
1) Persediaan
kelas A adalah persediaan yang jumlah fisiknya sedikit namun nilai rupiahnya
cukup tinggi. Contoh: persediaan emas. Perencanaan dan pengendalian persediaan
kelas A dilakukan cukup ketat oleh manajemen perusahaan, karena kehilangan
dengan jumlah fisik yang kecil akan menyebabkan kerugian perusahaan dalam
rupiah yang cukup signifikan.
2) Persediaan
kelas B adalah persediaan yang mempunyai jumlah fisik dan nilai rupiah yang
sedang-sedang saja. Berkarakteristik diantara persediaan kelas A dan kelas C.
Contoh: persediaan tekstil di perusahaan garmen. Perencanaan dan pengendalian
persediaan kelas B dilaksanakan dengan menggunakan berbagai model optimasi
sehingga dapat diperoleh jumlah persediaan optimal dan mendapatkan biaya
persediaan minimal.
3) Persediaan
kelas C adalah persediaan yang jumlah fisiknya besar tetapi nilai rupiahnya
kecil. Contoh: persediaan pasir untuk perusahaan kontraktor. Perencanaan dan
pengendalian persediaan kelas C dilakukan dengan model sederhana, sekedar untuk
menjaga agar perusahaan tidak kehabisan persediaan.
c) Menurut
tujuan pengadaan persediaan
Terdapat tiga macam
kondisi perusahaan dilihat dari sisi pengadaan persediaan bahan, yaitu:
1) Kondisi
terdesak artinya perusahaan benar-benar sudah kehabisan bahan baku dan harus
segera mendapatkannya sehngga perusahaan melakukan pengadaan persediaan bahan
baku guna menjaga kelangusngan proses produksi. Cara yang dilakukan perusahaan
adalah dengan order khusus (rush order),
membeli bahan baku dalam jumlah yang kecil tetapi bukan dari pemasok utama.
2) Kondisi
normal artinya perusahaan masih mempunyai persediaan bahan yang cukup sesuai
dengan perencanaan yang telah disusun. Pemesanan bahan dilakukan dengan jumlah
unit dan waktu yang sesuai dengan skedul yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pemesanan kembali (re order) dilakukan
sesuai waktu yang telah ditetapkan agar pada saat persediaan bahan baku habis,
bahan yang dipesan sudah datang dan menambah persediaan perusahaan.
3) Pengadaan
persediaan pengaman (buffer stock) dikhususkan
untuk pengamanan atau cadangan bahan baku agar dalam kondisi tidak normal
perusahaan masih tetap mempunyai persediaan bahan.
d) Menurut
jenis permintaan
Dari sisi sifat
permintaan persediaan dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:
1) Persediaan
bebas atau independent demand karena
permintaan persediaan ini bersifat bebas dan tidak terikat pada persediaan yang
lain. Untuk persediaan kelas A tetap dilakukan dengan cara-cara khusus,
persediaan kelas B dilakukan dengan model optimisasi yang sesuai dengan kondisi
perusahaan, persediaan kelas C dilakukan dengan model sederhana.
2) Persediaan
terikat atau dependent demand adalah
persediaan yang permintaan satu jenis bahan terikat kepada bahan atau produk
yang lain. Model pengadaan bahan yang digunakan adalah materian planning atau perencanaan kebutuhan material.
e) Menurut
operasional persediaaan
Dilihat dari sisi
operasional perusahaan, terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
mementukan persediaan, antara lain:
1) Kualitas
bahan
Untuk memenuhi
kebutuhan bahan yang sama akan tersedia berbagai macam tingkat kualitas
sehingga manajemen perusahaan perlu menentukan kuliatas bahan seperti apa yang
akan digunakan perusahaan. Terdapat tiga macam tingkat kualitas, yaitu:
kualitas tinggi, kualitas menengah dan kualitas rendah.
2) Cara
dan susunan penyimpanan bahan
Cara dan susunan
penyimpanan bahan perlu dilakukan untuk menjaga kualitas dan kemurnian bahan
yang disimpan sebagai persediaan dalam perusahaan. Untuk persediaan bahan
makanan dan minuman, susunan penyimpanan benar-benar memerlukan perhatian cukup
agar tidak terjadi kontaminasi pada bahan makanan atau minuman. Susunan
penyimpanan perlu diperhatikan dengan baik dan bukan asal ditumpuk saja karena
penumpukan yang melebihi jumlah yang disarankan akan mengakibatkan kerusakan
bahan yang berada paling bawah karena mendapat tekakan berat lebih dari
kemampuan bahan tersebut. Daya tahan dari barang yang disimpan juga perlu
diperhatikan, jangan sampai terjadi bahan yang disimpan rusak karena umur
penyimpanan lebih panjang dari pada daya tahan barang tersebut.
2. Teori Persediaan
Pada dasarnya
perusahaan menginginkan adanya persediaan bahan baku yang cukup dengan biaya
persediaan rendah. Salah satu model yang dapat digunakan adalah model pembelian
atau EOQ (Economic Order Quantity).
EOQ hanya dapat diterapkan untuk persediaan kelas B dalam klasifikasi ABC. Hal
ini disebabkan karena untuk kelas A perlu pengawasan khusus, sedangkan untuk
kelas C digunakan model sederhana.
Terdapat tiga macam
biaya persediaan sehubungan dengan EOQ antara lain :
a) Biaya
Pemesanan adalah biaya yang jumlahnya (dalam satu periode) tergantung kepada
frekuensi pemesanan yang dilakukan perusahaan. Semakin tinggi frekuensi
pemesanan yang dilakukan perusahaan maka semakin besar biaya pemesanan di dalam
periode yang bersangkutan. Contoh: biaya telepon, biaya surat menyurat, dan
dokumen pembelian.
b) Biaya
Penyimpanan adalah biaya yang jumlahnya tergantung kepada jumlah unit bahan
yang disimpan di dalam persediaan. Semakin besar jumlah unit bahan yang
disimpan di dalam gudang perusahaan maka jumlah biaya penyimpanan semakn besar.
Sebaliknya, semakin kecil jumlah unit bahan yang disimpan maka semakin kecil
pula biaya penyimpanannya. Contoh: biaya modal yang tertanam dalam persediaan,
dan biaya risiko bahan.
c) Biaya
Tetap Persediaan adalah biaya yang jumlahnya tidak terpengaruh baik kepada
frekuensi pemesanan maupun besarnya jumlah unit bahan baku yang disimpan dalam
perusahaan. Contoh: gaji penjaga gudang, pengawas gudang dan biaya penyusutan
gudang.
Biaya
yang berpengaruh terhadap kuantitas order hanya biaya pemesanan dan biaya
penyimpanan saja. Ketika biaya pemesanan diturunkan maka konsekuensinya biaya
penyimpanan akan naik, sebaliknya ketika biaya penyimpanan diturunkan maka
biaya pemesanan akan naik. Sehingga perlu dicari komposisi yang tepat antara
biaya pemesanan dan biaya penyimpanan sehingga diperoleh biaya persediaan
minimal.
3. Ketidakpastian
Persediaan
Ketidakpastian
persediaan bisa berasal dari dalam perusahaan dan dari luar perusahaan. Ketidakpastian
yang bersumber dari dalam adalah segala macam hal yang berhubungan dengan
pelaksanaan operasional di dalam perusahaan tersebut, contohnya adalah terdapat
penyimpangan penyerapan bahan baku yang digunakan untuk pelaksanaan proses
produksi. Sedangkan ketidakpastian yang berasal dari luar perusahaan merupakan
akibat dari hal-hal yang bersifat eksternal dan terkadang berada diluar kendali
manajemen. Sehingga dalam hal ini bisa jadi yang menjadi penyebabnya dalah pihak
pemasok, sarana angkutan bahan dsb. Contohnya adalah karena pihak pemasok
terlambat mengirimkan bahan baku maka bahan yang seharusnya sudah masuk ke
gudang persediaan datangnya lebih lambat dari waktu yang telah direncanakan. Keduanya
akan mempunyai akibat suplus maupun stock out (kekurangan bahan). Baik
kondisi suplus maupun kondisi stock out semuanya tidak menguntungkan
perusahaan.
4. Persediaan
Pengaman, OPT dan OKT
Dalam menyelenggarakan
persediaan yang aman dan efisien manajemen perusahaan yang menggunakan beberapa
kebijakan antara lain dengan persediaan pengaman, order periode tetap dan order
kuantitas tetap. Persediaan pengaman ditujukan untuk berjaga-jaga agar dalam
keadaan kesulitan bahan baku, perusahaan masih mempunyai persediaan bahan. Persediaan
pengamanan disebut safety stock, atau
iron stock adalah cadangan persediaan
yang diselenggarakan oleh perusahaan untuk melakukan pengamanan persediaan. Selain dengan persediaan pengaman,
kebijakan lain yaitu kebijakan order periode tetap. Kebijakan ini menghasilkan
tindakan pembelian dengan rentang wwaktu pembelian yang sama walaupun jumlah
unit per pembelian berbeda. Untuk order kuantitas tetap menghasilkan jumlah pembelian
yang sama walauoun rentang waktu pembelian berbeda. Dalam keadaan normal, tidak
terdapat perbedaan antara kebijakan order periode tetap dan
kebijakan order kuantitas tetap. Risiko
yang lebih kecil akan menjadi pilihan dalam penentuan OPT atau OKT oleh
manajemen perusahaan.
G. Model Just in Time
Model
Just in Time digunakan perusahaan sejalan perkembangan teknologi untuk
menunjang efisiensi dan produktivitas perusahaan. Namun belum semua perusahaan
dapat menerapkan model ini maka manajemen perusahaan perlu memahami tentang
filosofi just in time, pemasok dan persediaan, layout dan
penjadwalan, dan pemberdayaan karyawan yang berhubungan dengan just in time.
1.
Filosofi
Just in Time (JIT)
Perusahaan yang menerapkan model just in time akan mempunyai
persediaan sama dengan nol akan tetapi yang memiliki persediaan sama dengan nol
belum tentu menerapkan model just in time. Prinsip Just in Time
adalah menghilangkan segala macam afval di dalam perusahaan. Afval adalah
segala macam barang dalam proses yang tidak bermanfaat atau yang tidak
menimbulkan nilai tambah. Berbagai macam afval tersebut antara lain :
a) Penundaan karena dua faktor yaitu :
1) Faktor
teknikal adalah tertundanya proses produksi karena hal yang bersifat teknikal,
seperti: kerusakan mesin, keterlambatan bahan, kurangnya karyawan.
2) Faktor
manajerial seperti: panjangnya prosedur administatif, kurangnya disiplin
karyawan, kurangnya motivasi dan gairah karyawan.
b) Pemrosesan tidak efisien sehingga perusahaan
memerlukan biaya lebih tinggi untuk memperoleh hasil tertentu tanpa adanya
tambahan nilai yang diperoleh dengan tambahan biaya tersebut.
c)
Kegiatan tak perlu dalam produksi, misalnya: berbincang
dengan teman sekerja, operator mesin cetak yang menggunakan mesin otomatis
masih menghitung hasil cetak mesin. Hal ini akan menambah waktu proses tanpa
menimbulkan tambahan nilai.
d) Transportasi berlebihan. Dalam perusahaan ada
dua macam kategori transportasi yaitu :
1) Transportasi
internal yaitu perpindahan material, barang dalam proses, atau barang jadi di
dalam lingkungan pabrik. Transportasi internal menjadi berlebih manakala proses
produksi tidak didukung dengan pengaturan letak fasilitas produksi yang benar.
2) Transportasi
eksternal yaitu perpindahan material, barang dalam proses, maupun barang jadi
yang dilakukan di luar gedung pabrik. Transportasi eksternal menjadi berlebih
manakala jauhnya sentra produksi dengan sentra material.
e)
Produk Gagal ada tiga macam kategori :
1)
Produk gagal
yang sama sekali tidak dapat diperbaiki dan tidak dapat digunakan, jelas
merupakan afval.
2)
Produk gagal
yang tidak dapat diperbaiki tetapi dijual sebagai produk yang tidak lolos uji
pabrik. Produk ini akan dijual dengan harga lebih rendah sehingga perusahaan
akan kehilangan sebagian atau seluruh keuntungan.
3)
Produk gagal
yang masih dapat diperbaiki sehingga menjadi produk normal. Produk ini akan
memerlukan tambahan biaya perbaikan yang tidak memberikan tambahan nilai dari
penjualan normal.
f) Produksi Berlebihan disebabkan perusahaan
yang telah sukses dalam pembuatan produk ternyata tidak sukses dalam melakukan
penjualan produk.
g) Persediaan Berlebih tidak menambah
nilai bagi perusahaan sehingga sudah selayaknya tidak diperlukan oleh
perusahaan.
Pelaksanaan konsep Just In Time memerlukan beberapa prakondisi, di
antaranya ialah :
1) Perusahaan menggunakan pull system untuk
aliran bahan, barang dalam proses dan barang jadi dengan mendatangkan bahan sebatas
yang diperlukan saja.
2) Perlu adanya kerjasama yang baik diantara mitra
kerja perusahaan
3) Perlu komunikasi yang baik diantara berbagai mitra
kerja perusahaan melalui ekstranet
untuk mengetahui skedul produksi.
2. Persediaan dan
Pemasok
Bagi perusahaan yang menggunakan sistem just in time untuk
memenuhi kebutuhan bahan selama satu periode dilakukan satu kali persiapan
pembelian bahan namun pengiriman bahan dilakukan berdasar skedul produksi.
Dengan demikian, biaya pemesanan dapat ditekan sementara biaya penyimpanan juga
dapat dihindarkan. Kontinuitas input tetap terjamin.
Dengan sistem just in time, manajemen persediaan perlu melakukan pengurangan persediaan
semaksimal mungkin dengan cara pengurangan variabilitas persedian, diadakan
upaya simplifikasi dan modularisasi, serta adanya inovasi di
dalam perusahaan.nya agar simplifikasi dan modularisasi dapat dilakukan dengan
baik. Terkait biaya ada dua biaya persediaan yaitu biaya persiapan pembelian
dan biaya penyimpanan. Dalam hubungannya dengan pemasok/supplier, ada hal yang
perlu diperhatikan perusahaan yaitu pengurangan berbagai aktivitas yang tidak
diperlukan dan pemilihan pemasok
3. Layout dan Penjadwalan
Dalam
penyusunan layout untuk perusahaan yang menerapkan sistem just in time,
di samping teori umum tentang layout juga perlu mempertimbangkan seperti :
a) Jarak
tempuh adalah jarak yang harus ditempuh baik oleh karyawan maupun bahan atau
barang setengah jadi sehubungan dengan pelaksanaan proses produksi. Semakin
jauh jarak antara satu tempat proses ketempat lainnya maka waktu yang
dibutuhkan untuk perpindahan semakin besar.
b) Fleksibilitas,
ada 2 macam perpindahan barang dalam proses yaitu secara otomatis mengikuti
mesin maupun peralatan produksi dan secara manual atau tidak mengikuti mesin maupun
peralatan produksi.
c) Besarnya
ruangan ditentukan dengan menghitung besar luas optimum yang dperlukan.
Pertimbangan
untuk menentukan jumlah titik pelayanan perusahaan mempertimbangkan kepentingan perusahaan secara keseluruhan.
Dengan menggunakan model antrean, maka dapat menentukan jumlah titik pelayanan
yang optimal bagi perusahaan tersebut. Dengan titik pelayanan optimal ini waktu
tunggu dari bagian yang memerlukan pelayanan dapat dikurangi sementara
efesiensi bagian yang melakukan pelayanan dapat dipertahankan dengan baik.
Untuk penjadwalan,
perlu menggunakan kebijakan level schedules. Kebijakan level schedules
adalah menyusun penjadwalan proses produksi harian dalam jumlah yang kecil
tetapi dalam jenis yang lebih banyak. Tujuan dari kebijakan tersebut adalah
agar hasil produksi dapat memenuhi permintaan produk yang beragam tanpa harus
menunggu lebih lama.
4. Lingkungan
Bisnis dan Pemberdayaan Karyawan
Keberadaan dan
partisipasi karyawan mempunyai pengaruh yang sangat siginifikan terhadap
kesuksesan sebuah perusahaan. Perusahaan perlu mempunyai program pemberdayaan
karyawan dengan sebaik-baiknya. Salah satu upaya yang akan dilakukan ialah
dengan adanya continuous improvement
atau peningkatan yang berkesinambungan yaitu hari ini harus lebih baik dari
hari kemarin. Upaya yang dapat menunjang terdapatnya peningkatan yang
berkesinambungan ini antara lain adalah dengan memupuk inovasi dan kreativitas
para karyawan perusahaan.
Perusahaan juga sangat
perlu untuk menyadarkan para karyawan bahwa bisnis senantiasa mengalami
perubahan. Terdapat beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya perubahan di
dalam bisnis antara lain :
a)
Bisnis selalu berkembang menjadi bisnis yang lebih besar.
b)
Bisnis ingin memperoleh pelanggan baru supaya omset
bisnis berkembang dengan pesat.
c)
Bisnis mempertahankan pelanggan lama
d)
Bisnis bergerak lebih kompetitif karena semakin banyak
pesaing yang muncul menawarkan produk yang sama atau mirip.
e)
Bisnis berupaya menambah keuntungan dengan aturan main
bisnis yang wajar.
f)
Bisnis berupaya mengembangkan produk dengan dua cara yakni membuat
produk yang cukup dekat dengan produk yang sudah ada dan dengan membuat produk
yang berbeda jauh dengan produk yang telah diproduksinya.
g)
Bisnis mempertahankan posisi pasar dapat diketahui dengan market share
atau pangsa pasar.
h)
Bisnis mencari pasar baru untuk membuat bisnis
yang sudah ada menjadi semakin besar.
i)
Bisnis bertahan hidup
Disamping
penyebab perubahan dalam bisnis, terdapat pula beberapa hal yang menyebabkan
karyawan kesulitan untuk mengikuti perubahan yakni :
a.
Karyawan tidak yakin perlunya perubahan karena tidak mengerti kondisi
perusahaan.
b.
Karyawan merasa takut akan kehilangan apa yang sudah ada.
c.
Karyawan merasa takut mengalami kegagalan.
d. Karyawan tidak mempunyai gambaran dan toleransi
terhadap perubahan. Oleh karena itu, manajemen
perusahaan harus menyadarkan para karyawan sehingga mereka dapat mengerti
sepenuhnya bahwa perubahan sangat perlu untuk dilakukan agar perusahaan
berkembang dengan lebih baik. Selain itu agar para karyawan dapat mengikuti
perubahan maka karyawan dibiasakan untuk berfikir cerdas.
H. Penjadwalan Jangka Pendek
\ Sehebat apapun perencanaan yang
disusun manajemen perusahaan tanpa adanya penjadwalan jangka pendek kegiatan
operasional menjadi sulit dilaksanakan. Maka perlu mengetahui penentuan jumlah
titik layanan, penentuan urutan pekerjaan, model penugasan minimisasi, dan
model penugasan maksimisasi.
1. Penentuan Jumlah Titik Pelayanan
Dalam perusahaan
terdapat pekerjaan yang memerlukan pelayanan dari bagian yang berbeda. Namun, seringkali
karena kesibukan pada setiap bagian tersebut maka pelayanan yang diberikan
sering terbengkalai. Akibatnya yaitu menunggu pelayanan yang tidak kunjung
selesai. Jika hal itu dibiarkan maka
akan terjadi penurunan produktivitas perusahaan. Ada dua prinsip penjadwalan
jangka pendek yang berbeda yaitu :
a) Forward
Schedulling ; segera mungkin disusun setelah adanya rencana kerja tanpa melihat
kapan pekerjaan tersebut dijanjikan selesai. Dengan demikian sebelum janji
selesai tiba, pekerjaan yang dilakukan telah dapat diselesaikan dengan baik.
Apabila terdapat kekurangan penyelesaian pekerjaan atau terdapat proses
perbaikan pekerjaan yang harus dilaksanakan masih terdapat cukup waktu untuk
mengerjakan hal-hal yang diperlukan.
b) Backward
scheduling ; apabila telah terdapat rencana kerja maka yang dilihat pertama
kali adalah kapan pekerjaan tersebut harus diselesaikan. Jika terdapat
kelonggaran waktu, maka kelonggaran waktu ini justru dinikmati sebelum semua
pekerjaan yang akan dikerjakan dimulai. Dalam kenyataan penyusunan jadwal
jangka pendek smenggunakan prinsip backward shedulling. Hal ini dikarenakan
adanya pengaruh yang signifikan terhadap kualitas produk karena dengan
membiarkan kelonggaran waktu berada didepan akan mengakibatkan proses produksi
selalu dilaksanakan dengan terburu-buru karena telah dikejar oleh janji
selesai.
Setelah pembahasan
prinsip penyelesaian pekerjaan jangka pendek, maka selanjutnya akan dibahas
tentang jumlah titik pelayanan. Penentuan jumlah titik pelayanan yang optimal
berhubungan dengan kelancaran pelayanan dalam perusahaan. Dengan adanya
penambahan titik pelayanan maka akan memerlukan biaya yang tidak sedikit. Oleh
karena itu perlu dicari solusi mengatasi persoalan tersebut. Salah satu solusi
adalah dengan adanya pengaturan fasilitas pelayanan dalam perusahaan. Terdapat
empat pilihan sistem pelayanan, yaitu :
a) Tahap
tunggal jalur tunggal ; dalam kelompok ini terdapat satu titik pelayanan dan
hanya ada satu tahap pelayanan.
b) Tahap
ganda jalur tunggal ; dalam kelompok ini perusahaan memberikan beberapa tahap
pelayanan namun masing-masing tahap pelayanan hanya tersedia satu titik
pelayanan.
c) Tahap
tunggal jalur ganda ; pelayanan yang diberikan kelompok ini satu tahap saja,
tetapi penyelenggaraan pelayanan menyiapkan beberapa titik pelayanan.
d) Tahap
ganda jalur ganda ; perusahaan menyediakan beberapa tahap pelayanan dan
masing-masing tahap tersebut tersedia beberapa titik pelayanan.
Jumlah
titik pelayanan ditentukan dengan jumlah biaya pelayanan dan biaya tunggu
pelanggan mencapai titik terendah.
2. Penentuan Urutan
Kerja
Ada empat macam prinsip penentuan pekerjaan yang
umum, yakni :
a) First Come First Serve
(FCFS) adalah sistem pelayanan dengan prinsip kepada mereka yang datang pertama
akan dilayani pertama, umumnya digunakan oleh perusahaan yang memberikan
pelayanan dengan waktu yang sama atu hampir sama.
b) Shortest Processing Time (SPT)
adalah sistem pelayanan dengan prinsip bahwa pekerjaan pelayanan yang
memerlukan waktu paling sngkat akan dilayani pertama dan digunakan pada
perusahaan yang memberikan pelayanan dengan waktu pelayanan yang bervariasi.
c) Longest Processing Time (LPT)
adalah sistem pelayanan dengan prinsip pekerjaan yang mempunyai waktu proses
paling panjang akan dikerjakan terlebih dahulu, biasanya digunakan pada
perusahaan yang mempunyai waktu pelayanan berbeda – beda namun memberikan janji
pada satu waktu selesai pada satu waktu yang hampir sama.
d) Earliest Due Date (EDD) adalah
sistem pelayanan dengan prinsip pekerjaan yang mempunyai janji selesai paling
awal akan dilayani pertama, digunakan oleh perusahaan yang mempunyai pelanggan
yang beragam dan memberikan pelayanan yang berbeda pada masing – masing
kelompok pelanggan tersebut.
Setiap
perusahaan perlu memilih sistem yang paling cocok dengan operasi perusahaannya.
Beberapa pelayanan yang lebih khusus memerlukan sistem yang lebih spesifik
lagi, misalnya :
a. Sistem
appoinment dalam pelayanan dokter adalah petugas pelayanan di kantor
dokter akan mencatat pendaftaran dan memberikan nomor antrean kepada pasien
sehingga petugas pelayanan dapat memperkirakan kapan pemeriksaan dapat
dilakukan dan pasien dapat datang
mendekati waktu yang disediakan.
b. Sistem
reservasi yaitu pemesanan terlebih dahulu (bisa melalui telepon) sehingga
antara pelanggan dan manajemen dapat memastikan apa yang harus dipersiapkan
dari jumlah pelanggan serta pelayanan yang akan diberikan. Contohnya: pelayanan
rumah makan, pelayanan persewaan mobil, pelayanan pemesanan hotel.
c. Tingkat
kekritisan yakni pelayanan sebaiknya dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi kritis
pelanggan yang datang dan memerlukan pelayanan. Misalnya pelayanan gawat
darurat.
3. Model Penugasan
Minimisasi
Karyawan masih dapat
ditingkatkan produktivitasnya dengan memberikan penugasan yang tepat. Model
penugasan minimasi membantu menyelesaikan penugasan dengan tujuan minimasasi. Untuk
dapat menggunakan model ini ada data yang perlu dipersiapkan sebelumnya:
a. Jumlah
tugas yang perlu diselesaikan di dalam perusahaan.
b. Jumlah
karyawan yang akan mengerjakan tugas tersebut.
c. Ukuran
kesuksesan penyelesaian tugas untuk karyawan.
d. Tujuan
penyelesaian yang diinginkan.
Prosedur penyelesaian dilakukan
sebagai berikut:
a) Pengurangan
per baris ; dengan melihat setiap baris pada tabel, kemudian pilih angka yang
paling kecil yang ada di dalamnya. Seluruh angka pada setiap baris tersebut
dikurangi dengna angka yang telah dipilih.
b) Pengurangan
per kolom ; hasil dari langkah pertama, dapat dilihat kembali dan sekarang
perhatikan setiap kolom. Sama dengan langkah pertama namun diterapkan dalam
kolom, maka pilih yang paling kecil pada setiap kolom. Masing-masing setiap
kolom dikurangi dengan angka yang telah dipilih.
c) Tes
optimasi ; dari hasil kedua sekarang dibuat garis yang melalui angka nol. Garis
ini bisa garis horizontal maupun vertical namun tidak boleh diagonal. Jumlah
garis yang dibuat harus diupayakan minimal. Jika jumlah garis sudah sama dengan
jumlah baris, maka kondisi optimal telah dicapai.
d) Penugasan
; jika kondisi optimal telah tercapai, maka langkah berikutnya adalah memberi
penugasan kepada setiap karyawan. Pemberian tugas dilakukan pada sel tabel yang
mempunyai nilai nol.
4. Model Penugasan
Maksimisasi
Prosedur penyelesaian
pada model penugasan maksimisasi sama dengan model penugasan dengan tujuan
minimalisasi. Yang membegakan hanya pada prosedur pertama. Prosedur pertama
pada penugasan dengan tujuan maksimalisasi adalah seluruh isi sel matriks
dikalikan dengan minus satu. Penyelesaian berikutnya sama dengan tujuan
minimalisasi. Alokasi tetap dipilih sel matriks yang memiliki angka nol.
Pemilihan sel matriks yang berisi bukan angka nol akan menurukan hasil
keseluruhan perusahaan.
I. Penjadwalan Proyek
Proyek
merupakan aktivitas komplek, unik, non rutin, dibatasi oleh waktu, anggaran,
sumber daya, dan mempunyai tujuan tertentu. Dalam penyelesaian proyek
dibutuhkan penjadwalan proyek yang benar agar proyek yang direncanakan dapat
dikoordinasi dengan baik. Oleh karena itu, perlu mengetahui penyusunan diagram
jejaring, penyelesaian proyek, perecepatan proyek, dan kendala sumber daya.
1. Penyusunan Diagram Jejaring
Untuk dapat melakukan
penjadwalan proyek dengan baik maka hal yang pertama kali dilakukan adalah
menyusun sebuah diagram jejaring disebut diagram network. Diagram jejaring
adalah diagram yang digunakan untuk menggambarkan bagaimana sebuah proyek diselesaikan,
sebagai alat bantu untuk dapat melihat kapan masing-masing pekerjaan didalam
sebuah proyek dapat dimulai dan kapan pekerjaan tersebut dapat diselesaikan, digunakan
untuk visualisasi pekerjaan kritis dan jalur kritis di dalam proyek yang sedang
dijadwalkan tersebut.Sehubungan dengan penyusunan diagram jejaring terdapat dua
basi yakni :
a) Activity
on arrow (AOA) : Menggambarkan kegiatan dalam bentuk arrow atau anak panah.
Simbol pada AOA :
Kejadian
Kegiatan atau Aktivitas
------- Kegiatan
Semu
b) Activity on node (AON)
: Menggambarkan setiap kegiatan dalam proyek dengan sebuah node, dalam praktik
dapat sebuah lingkaran, kotak, atau bentuk apapun yang dapat digunakan untuk
menggambarkan kegiatan tersebut. Tidak ada kegiatan semu dalam jejaring AON. Simbol
pada AON :
Kegiatan atau aktivitas
Hubungan antar kegiatan
Contoh rangkaian
kegiatan sederhana :
No
|
Kegiatan
|
Nama Kegiatan
|
Waktu
|
1
|
Mengeluarkan mobil dari Garasi
|
A
|
5 Menit
|
2
|
Membersihkan bagian luar mobil
|
B
|
20 Menit
|
3
|
Membersihkan bagian dalam mobil
|
C
|
30 Menit
|
4
|
Memasukan mobil kedalam garasi
|
D
|
5 Menit
|
Agar kita dapat menggambarkan diagram jejaring proyek ini
dengan benar maka harus mengetahui ketergantungan suatu pekerjaan dengan
pekerjaan yang lain. Setiap pekerjaan dalam proyek harus dapat diketahui apakah
pekerjaan tersebut mempunyai predecessor atau pekerjaan yang mendahului.
Pekerjaan
|
Pekerjaan yang mendahului
|
Mengeluarkan mobil dari Garasi
|
Tidak
ada
|
Membersihkan bagian luar mobil
|
Mengeluarkan
mobil dari Garasi
|
Membersihkan bagian dalam mobil
|
Mengeluarkan
mobil dari Garasi
|
Memasukan mobil kedalam garasi
|
Membersihkan
bagian luar mobil dan Membersihkan bagian dalam mobil
|
Dengan melihat data tersebut maka dapat mempersiapkan
penyusunan diagram jejaring untuk proyek cuci mobil ini adalah :
No
|
Nama Kegiatan
|
Waktu
|
Prodecessor
|
1
|
A
|
5 Menit
|
-
|
2
|
B
|
20 Menit
|
A
|
3
|
C
|
30 Menit
|
A
|
4
|
D
|
5 Menit
|
B , C
|
Pekerjaan A merupakan pekerjaan yang pertama karena tidak
ada pekerjaan lain yang mendahuluinya. Sedangkan pekerjaan B dan C baru dapat
dilakukan setelah pekerjaan A selesai dikerjakan. Pekerjaan terakhir adalah
pekerjaan D, yang dapat dilakukan setelah pekerjaan B dan C selesai dilakukan.
Diagram
jejaring AON
Diagram jejaring AOA
A ,5
B , 30 C
, 20
-------------------------
D , 5
Dari kedua gambar proyek cuci mobil
diatas baik dengan menggunakan metode AON dan AOA, ternyata terdapat sedikit
perbedaan diagram jejaring walaupun keduanya menggambarkan proyek yang sama.
Maka konsistensi penggunaan AON atau AOA sangat perlu diperhatikan karena
ternyata diantara kedua metode penggambaran tersebut menghasilkan diagram yang
sedikit berbeda. Tanpa adanya konsistensi didalam penggambaran diagram
jejaring, besar kemungkinan para pengguna diagram akan kebingungan dalam
analisis penjadwalan proyek dengan berbasis diagram jejaring ini.
Setelah kita mengetahui cara penyusunan diagram jejaring
sebuah proyek selanjutnya menentukan besarnya waktu normal untuk menyelesaikan
masing-masing pekerjaan. Waktu penyelesaian proyek yang direncanakan
menggunakan tiga kombinasi yaitu :
a) Waktu
penyelesaian optimis yaitu waktu yang diperkirakan cukup untuk menyelesaikan
sebuah pekerjaan dalam kondisi idela.
b) Waktu
penyelesaian yang sering terjadi yaitu dengan kondisi normal perkiraan waktu
penyelesaian setiap pekerjaan yang terkait didalam sebuah proyek dapat
diprediksikan berdasar pengalaman penyelesaian pekerjaan tersebut pada
waktu-waktu yang telah lalu.
c) Waktu
penyelesaian pesimis adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan
dalam kondisi yang sangat buruk
Setelah ketiga macam waktu tersebut dapat diketahui maka
kita akan menghitung waktu yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan
penyelesaian setiap pekerjaan didalam proyek yang dilaksanakan. Adapun waktu
tersebut dicari dengan menggunakan rumus atau perhitungan sebagai berikut :
W
W = Waktu
yang diperhitungkan untuk setiap pekerjaan
O = Waktu
Penyelesaian optimis
S = Waktu
Penyelesaian yang Sering terjadi
P = Waktu
Penyelesaian pesimis
2. Penyelesaian
Proyek
Perhitungan waktu penyelesaian dapat dilakukan dengan
menghitung semua jalur penyelesaian proyek. Proyek yang selesai paling cepat
ditunjukkan oleh jalur terpanjang di antara berbagai jalur penyelesaian yang
ada di dalam suatu proyek yang disebut jalur kritis. Penundaan penyelesaian
pekerjaan pada jalur kritis akan menyebabkan tertundanya penyelesaian proyek
secara keseluruhan.
Pekerjaan kritis dapat diketahui dengan menghitung ES,
LS, EF, dan LF. Pekerjaan kritis adalah pekerjaan yang mempunyai ES sama dengan
LS atau EF sama dengan LF. Setiap pekerjaan proyek akan dicari empat macam
waktu yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut:
a) ES
(earliest start) : waktu yang paling awal untuk bisa dimulainya sebuah
pekerjaan.
b)
EF (earliest
finish) : waktu yang paling awal utuk bisa diselesaikan sebuah pekrejaan.
c)
LS (latest
start) : waktu yang paling akhir untuk bisa dimulainya sebuah pekerjaan.
d)
LF (latest
finish) : waktu yang paling akhir untuk bisa diselesaikannya sebuah
pekerjaan.
Selisih yang ada antara LS dengan ES atau LF dengan EF
menunjukkan kelonggaran waktu pada pekerjaan dalam proyek disebut dengan slack
time. Biasanya slack time terdapat pada pekerjaan yang tidak dilalui
oleh jalur kritis. Penundaan penyelesaian pekerjaan pada jalur bukan kritis tidak
akan menyebabkan tertundanya penyelesaian proyek secara keseluruhan.
3.
Percepatan
Proyek
Setelah penjadwalan
proyek selesai disusun, timbul masalah yang dihadapi pemilik. Masalah tersebut
adalah waktu yang ditunjukkan jalur kritis terlalu lama dalam menyelesaikan
proyek, maka perlu disusun jadwal ulang agar proyek selesai sesuai waktu yang
dikehendaki oleh pemilik. Oleh karena itu, dilakukan percepatan proyek. Berikut
petunjuk umum dalam melakukan percepatan proyek :
a) Tentukan
jumlah percepatan proyek yang dikehendaki. Jumlah ini dihitung dari selisih
antara waktu penyelesaian proyek yang ditunjukan oleh jalur kritis dan waktu
penyelesaian proyek yang dikehendaki oleh pemilik atau pemimpin proyek.
b) Identifikasi
semua pekerjaan kritis yang ada dalam suatu proyek. Lengkapi pekerjaan kritis
ini dengan analisis percepatan pekerjaan. Sejauh mana masing-masing pekerjaan
kritis ini dapat diselesaikan dalam waktu lebih cepat dibandingkan dengan waktu
penyelesaian pekerjaan secara normal. Selisih waktu antara penyelesaian
pekerjaan normal dengan waktu penyelesaian pekerjaan kritis ini yang merupakan
waktu potensial untuk melakukan percepatan pekerjaan.
c) Identifikasi
semua biaya per satuan waktu (misalnya harian, mingguan, bulanan) dari semua
pekerjaan kritis yang ada. Kemudian mengurutkan pekerjaan kritis ini dari biaya
per unit waktu yang paling murah. Urutan ini dapat digunakan untuk penentukan
urutan pemilihan percepatan di antara pekerjaan kritis yang ada.
d) Perhatikan
apakah pekerjaan kritis masih tetap kritis setelah dilakukan percepatan
pekerjaan. Pekerjaan yang semula adalah pekerjaan kritis dan kemudian menjadi
pekerjaan bukan kritis setelah dilakukan percepatan pekerjaan dapat menunjukkan
bahwa percepatan pekerjaan yang dilakukan tidak sepenuhnya berdampak kepada
percepatan penyelesaian proyek.
Dalam percepatan proyek
tidak semua pekerjaan dapat dilakukan percepatan namun mempertimbangkan apakah
pekerjaan tergolong kritis, yang memiliki biaya percepatan termurah, dan
setelah dipercepat apakah masih pekerjaan kritis.
4.
Kendala
Sumber Daya
Di dalam penyelesaian
sebuah proyek, terdapat dua macam kendala yakni kendala teknikal dan kendala
sumber daya. Kendala teknikal adalah segala macam hal yang menghalangi
terlaksananya suatu pekerjaan karena alasan teknikal. Sebagai contoh: dalam
proyek pembangunan gedung, pemasangan fondasi secara teknikal harus didahului
dengan penggalian fondasi. kendala teknikal dapat terlihat jelas maka tidak ada
kesulitan untuk menentukan aktivitas pendahulu (predecessor) bagi setiap
pekerjaan yang memiliki kendala tersebut.
Agak berbeda dengan
kendala teknikal, kendala sumber daya kadang tidak terlihat dengan jelas.
Kendala sumber daya adalah penghalang untuk dapat terlaksananya penyelesaian
suatu pekerjaan apabila pekerjaan tersebut memperoleh solusi yang benar.
Melalui Gantt chart dapat diketahui rencana penyelesaian pekerjaan dari
masing-masing pekerjaan dalam proyek. Apabila proyek tidak mempunyai kendala
sumber daya maka proyek dapat selesai sesuai jadwal. Kebutuhan sumber daya
setiap hari kerja dapat diketahui melalui kebutuhan sumber daya setiap
pekerjaan.
Berdasarkan Gantt chart maupun
kebutuhan sumber daya, pimpinan proyek dapat membandingkan pelaksanaan
penyelesaian pekerjaan dengan ketersediaan sumber daya dalam perusahaan
sehingga penyelesaian proyek tidak terhambat. Penjadwalan kembali pekerjaan
bukan kritis merupakan salah satu upaya untuk mengatasi kendala sumber daya
yang terjadi tanpa mengorbankan kepentingan yang lain di dalam proyek.
Pengurangan
kebutuhan sumber daya maksimum diperoleh dari pengaturan kembali jadwal
penyelesaian pekerjaan dalam proyek, khususnya pekerjaan bukan kritis.
Penundaan pekerjaan bukan kritis tidak mengganggu penyelesaian proyek secara
keseluruhan. Namun perlu diingat penjadwalan kembali pekerjaan bukan kritis
masih harus berada dalam kisaran waktu longgar yang ada. itulah sebabnya
penyusunan Gantt chart di samping memperlihatkan waktu penyelesaian
kerja, kelonggaran waktu, juga mempermudah penyusunan penjadwalan kembali
apabila diperlukan.
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Manajemen operasi
adalah set aktivitas untuk memperoleh nilai tambah produk melalui transformasi input
menjadi output. Produksi dan produktivitas adalah dua hal yang berbeda,
dimana produksi adalah penambahan nilai tambah sedangkan produktivitas adalah
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan sejumlah produk barang dan atau jasa
dengan faktor produksi yang tersedia. Ada enam macam strategi
proses yang dapat dipilih agar proses konversi dapat optimal, yaitu inovasi
teknologi,eksploitasi teknologi, layanan teknologi, kustomisasi massa, modularisasi,
dan ekonomi. Agar dapat membuat desain produk dengan benar maka perlu memahami
komponen produk yang terdiri dari nama, kemasan, dan idea. Analisis
kelayakan produk meliputi tiga aspek utama yakni analisis teknikal, analisis
ekonomis, dan analisis komersial. PLC dan MLC merupakan suatu kesatuan yang
harus dipertimbangkan dengan baik oleh manajemen perusahaan. Ketimpangan antara
keduanya akan merugikan perusahaan. Penyusunan layout yang benar akan
memberikan berbagai manfaat antara lain yaitu peningkatan produktivitas
perusahaan, peningkatan utilasi peralatan dan sumber daya manusia, peningkatan
aliran material dalam perusahaan, peningkatan aliran proses produksi yang
dilaksanakan, peningkatan moral kerja karyawan dan keamanan kerja karyawan, serta
peningkatan aliran informasi dan tenaga kerja langsung.
Pemilihan lokasi perlu
dilakukan dengan cermat. Keputusan lokasi dimulai dengan keputusan regional,
disusul keputusan lokal, dan terakhir keputusan tapak dengan berbagai faktro
pertimbangannya. Pemilihan lokasi dapat menggunakan model peniliaian faktor
yang mempengaruhi lokasi, dapat pula dengan metode perbandingan biaya.
Kapasitas adalah maksimum output per periode. Ada empat macam strategi
ekspansi yang berbeda dalam hubungannya dengan perencanaan kapasitas yakni peramalan permintaan yang akurat, pemahaman
teknologi yang baik, level operasi yang optimal, dan kesiapan untuk perubahan.
Beberapa pengertian kualitas secara umum, berbasiis pengguna, berbasis
produsen, dan berbasis produk. Secara garis besar evolusi manjemen kualitas
dibagi menjadi enam tahap yaitu tahap operator, supervisor, inspektur,
pengendalian kualitas statistikal, pengendalian kualitas total, dan manajemen
kualitas total. Ada beberapa sudut pandang pengelompokan persediaan yakni
menurut tahap proses, nilai persediaan, tujuan pengadaan persediaan, jenis
permintaan, dan operasional persediaan. Pada dasarnya
perusahaan menginginkan adanya persediaan bahan baku yang cukup dengan biaya
persediaan rendah. Salah satu model yang dapat digunakan adalah model pembelian
atau EOQ (Economic Order Quantity).
Terdapat tiga macam biaya persediaan sehubungan dengan EOQ yaitu biaya pemesanan,
biaya penyimpanan, dan biaya tetap persediaan
Pengertian dan Filosofi Just in Time adalah
menghilangkan segala macam afval di dalam perusahaan. Afval adalah segala macam
barang dalam proses yang tidak bermanfaat atau yang tidak menimbulkan nilai
tambah. Berbagai macam afval tersebut antara lain : penundaan, pemrosesan tidak efisien, kegiatan tak perlu dalam produksi, transportasi
berlebihan, produk gagal, produksi berlebihan, persediaan berlebih. Ada
beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya perubahan di dalam bisnis yakni selalu berkembang, ingin memperoleh pelanggan
baru, mempertahankan pelanggan lama, bergerak lebih kompetitif, menambah
keuntungan, mengembangkan produk, mempertahankan posisi pasar, mencari pasar
baru, dan bertahan hidup.
Ada pula beberapa hal
yang menyebabkan kesulitan untuk mengikuti perubahan yaitu karyawan tidak yakin perlunya perubahan, merasa
takut akan kehilangan, takut akan kegagalan, serta tidak mempunyai gambaran dan
toleransi terhadap perubahan. Terdapat empat pilihan sistem pelayanan
yaitu tahap tunggal jalur tunggal, tahap
ganda jalur tunggal, tahap tunggal jalur ganda, dan tahap ganda jalur ganda. Ada
empat macam prinsip penentuan pekerjaan yang umum yakni First Come
First Serve (FCFS), Shortest Processing Time (SPT), Longest
Processing Time (LPT), dan Earliest Due Date (EDD). Penyusunan
diagram jejaring berbasis AOA atau AON dengan waktu penyelesaian proyek
menggunakan kombinasi data waktu optimis, waktu sering terjadi, dan waktu
pesimis. Setiap pekerjaan proyek akan dicari empat macam waktu yang berhubungan
dengan pekerjaan tersebut. Keempat waktu tersebut adalah ES (earliest start),
EF (earliest finish), LS (latest start), dan LF (latest finish).
Di dalam penyelesaian sebuah proyek, terdapat dua macam kendala yakni kendala
teknikal dan kendala sumber daya. Kendala teknikal adalah segala macam hal yang
menghalangi terlaksananya suatu pekerjaan karena alasan teknikal. Sedangkan kendala
sumber daya adalah penghalang untuk dapat terlaksananya penyelesaian suatu
pekerjaan apabila pekerjaan tersebut memperoleh solusi yang benar.
B.
DAFTAR PUSTAKA
Achyari,
Agus. Manajemen Operasi. Jakarta : Universitas Terbuka. 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar